Archive for 2015
SAYA TIDAK TAKUT NERAKA
"Tuhan merindukan dirinya yang ada pada dirimu, datanglah dengan kepolosan padanya"
Judul esai ini tentu membuat anda bertanya-tanya
bahkan tak menutup kemungkinan sebagian para pembaca bakal
mengernyitkan dahi atau sekedar berkomentar "gila" ini
orang. Maka dari itu sebelum anda berfikir macam macam pada saya,
mari saya jelaskan. welcome to wundderkammer.
Surga dan neraka adalah konsep yang di berikan
tuhan kepada manusia untuk menjalani kehidupan. Mereka yang berbuat
baik maka akan di beri surga dan mereka yang melakukan keburukan akan
mendapatkan neraka. Konsep yang sama berlaku pada pahala dan dosa.
Tetapi saya mempunyai sudut pandang lain tentang
hal ini, kalau semua konsep tadi hanyalah sebuah ujian atau cara
tuhan untuk menggoda manusia, apakah manusia tetap fokus pada
diri-NYA ? atau malah berpaling memikirkan surga, neraka atau pahala
dan dosa.
Bagi umat muslim tentu sangat familliar dengan
ayat inashalati wanusuki wamayahya wamamati lilahirabbil alamin.
Ayat yang selalu di dengungkan
oleh kaum muslimin dalam doa iftihtah saat shalat. Ayat yang
mempunyai arti sesungguhnya shalat ku, hidup dan matiku hanya untuk
allah tuhan seru sekalian alam. Kosekuensi dari ayat tadi sangatlah
besar jika kita bisa menghayati dan memakanainya. Bahwa apa yang kita
lakukan semua hanya untuk allah semata tidak
untuk yang lain. Atau kita mengucapkan nya hanya dengan kehampaan ?,
tanpa mampu memaknainya.
Sering
kita dalam pengucapan berkata bahwa kebaikan yang kita lakukan itu
lillahitaala, namun seringkali dalam hati masih kita berharap
mendapatkan surga. Kalau seperti itu bukan lilahitaala lagi namanaya
tapi jannahtitaala. Lillahitaala itu titik tanpa ada tapi, termasuk
tapi masuk surga atau tapi mendapat pahalai. Lilahitaala itu tanpa
harapan, tanpa pretensi , titik hanya karena allah, hanya berharap
ridhonya.
Dalam hal ini surga
menjadi ujian bagi kita sama seperti halnya neraka. Surga mengalihkan
fokus kita pada allah dan neraka memeluk ketakutan kita bukan pada
allah.
Untuk tulus itu memang
tak mudah. Ketika apa yang kita lakukan benar-benra hanya untuk
allah. Bahkan jika mau lebih “ekstrim” lagi, ketulusan tertinggi
ketika kita tidak apa-apa masuk ke dalam neraka asal allah ridho dan
memang kehendaknya. Itu malah lebih susah lagi, siapa yang mau
dibakar dalam neraka, saat sudah melakukan kebaikan begitu banyak ?.
Maka dari itu demi
belajar menjadi tulus dan ikhlas, lilahitaala. Saya bilang, saya tak
takut neraka karena yang saya takutkan allah, saya menginnginkan
surga tapi bukan itu yang menjadi fokus saya tapi allahnya. Artinya
saya itu tidak masuk surga tidak apa apa asal allah ridho, asal itu
kehendaknya allah.
CURUG DI BALIK KAWAH CANDRADIMUKA KOPASSUS (CURUG LAYUNG)
"Langkahkan kaki jangan pernah berdiam diri"
Sabtu pagi-pagi sekali saya sudah rapi dan bersiap untuk melakukan perjalanan. Bukan perjalananan yang jauh memang, tempat yang saya tuju hanya berjarak 21 km dari wisma saya di observatorium Bosscha. Jika menggunakan kendaraan pribadi 30-45 menit sudah sampai di tempat tujuan. Tetapi menggunakan kendaraan umumpun mudah dan tak begitu lama, cukup menaiki angkot jurusan lembang-parompong lalu lanjut parompong-cisarua-cimahi, turun di gapura dengan tulisan KOMANDO dan terakhir gunakan ojek untuk sampai tempat tujuan, cukup murah kok ojeknya hanya Rp. 10.000, 00 .
Situ Lembang itulah destinasi yang akan saya kunjungi. Situ lembang adalah sebuah danau buatan yang terletak di desa kertawangi, kecamatan cisarua , kabupaten bandung utara. Situ lembang dikelilingi oleh 3 gunung, gunung burangrang, gunung sunda dan gunung takuban perahu. Sumber air dari situ lembang pun berasal dari gunung burangrang ini yang kemudian mengalir ke sungai cimahi dan dipakai oleh PDAM bandung.
Situ yang mempunyai ketinggian 1567 mdpl ini konon adalah kawah candradimuka alias tempat latihan para prajurit kopassus. Untuk itu sebenarnya tidak sembarang orang bisa memasuki kawasan ini. Hanya karena naluri petualangan saya sudah memanggil, saya nekat saja berangkat kesana tanpa tahu nanti diizinkan atau tidak.
Pukul delapan tepat saya berangkat dari wisma saya menuju situ lembang. Ternyata tak sampai 50 menit saya sudah sampai di tempat yang saya tuju. Danau dan beberapa bangunan yang sepertinya barrak tentara sudah terlihat di depan saya. Selagi saya menikmati dan menghirup udara segar situ lembang, saya dihampiri oleh seorang tentara yang tgap, kekar dan sedikit hitam. Beliapun bertanya apa yang sedang saya lakukan, saya menjawab sedang jalan-jalan aja pak dan dengan sedikit keras yang sepertinya udah bawaanya tentara kalau berbicara dengan sedikit tegas beliaupun berkata disini kawasan terbatas mas, silahkan masnya turun dan ke curug saja . Saya tidak kaget mendengar jawaban yang seperti itu , akhirnya dengan sedikit basa basi dan mengucapkan selamat tinggal, saya kembali kebawah bersama bapak ojek yang membawa saya ke situ lembang.
Sedikit informasi menurut penuturan bapak ojek, sebenarnya dahulu situ lembang terbuka untuk umum, masyarakat bebas keluar masuk bahkan memancing dengan catatan sedang tidak ada latihan di situ lembang. Namun sekitar 6 tahun yang lalu pada 2009 atas perintah presiden republik indonesia saat itu bapak SBY, kawasan situ lembang di sterilkan. Para mahasiswa ataupun masyarakat umum boleh masuk dengan catatan sudah mendapatkan izin dari pusdikpassus batujajar itupun harus rombongan dan sedang melakukan kegiatan, kalau perorangan tidak diperbolehkan.
Kembali ke cerita saya, akhirnya saya turun kembali sampai di sebuah tempat dengan plang bertuliskan curug layung. Tempat ini tidak jauh dari pos jaga, hanya sekitar 100 meter. Yah daripada saya datang dengan tangan hampa lebih baik saya jalan ke curug layung saja, begitu pikir saya saat itu.
Untuk mencapai curug layung ternyata saya harus berjalan mengikuti jalan setapak di dekat sebuah warung disana. Jalan yang di lalui cukup menguras tenaga bagi yang belum terbiasa mendaki gunung. Beberapa kali tanjakan dan turunan menghadang plus jalanan yang berdebu merah. Karena sepertinya belum turun hujan sama sekali di daerah tersebut, jalanan jadi mudah untuk berdebu. Di sepanjang jalan menuju curug saya disuguhi pemandangan hutan pinus dan karet dikanan dan kiri saya. Bau pinus yang segar dan bau karet yang pahit bercampur harmoni di dalam hidung saya, mengeluarkan racun dirongga paru-paru.
Di kawasan curug layung ini kita bisa berkemah, ini terbukti dari beberapa tenda yang saya jumpai di sepanjang perjalanan. Selain itu saya bertemu dengan para tentara yang sedang berlatih lengkap bersama tenda mereka. Terlihat juga beberapa organisasi bela diri sedang berlatih.
Setelah kurang lebih satu jam saya berjalan, sampailah saya di curug layung. Pemandangan indah terhampar di curug yang mempunyai ketinggian 1400 mdpl ini. Air mengalir deras dari ketinggian, dibawahnya terdapat kolam yang nampaknya cukup dalam karena berwarna hijau pekat. Terlihat beberapa wisatawan sedang mengikat tali temali di batu dan pepohonan, sepertinya mereka akan melakukan out bond. Saya sendiri tidak menunggu lama langsung mengambil beberapa foto dan sedikit bermain air.
Setelah puas mengabadikan momen dan bermain air, saya sempatkan diri untuk singgah di sebuah warung yang tak jauh dari curug tersebut, sekedar untuk membeli air karena saya sudah haus sekali. Saya sempatkan juga untuk berbicara dengan pemilik warung tersebut. Ternyata menurut beliau curug layung ini dahulu juga termasuk kawasan terbatas, karena untuk tempat latihan prajurit kopassus tetapi sejak tahun 2012 oleh pemerintah kawasan ini dibuka untuk umum.
Selesai saya berbicara dan menghabiskan minuman saya pun bergegas untuk kembali pulang waktu menunjukan pukul sebelas tepat saat itu. Dan saya sampai kembali di wisma sekitar pukul 3 sore.
Perjalanan ini bagi saya cukup menyenangkan walaupun niat awalnya adalah menapak tilas perjalanan masa lalu sesorang yang spesial buat saya. Tapi cukup puas lah untuk saya, walalupun gak puas puas amat karena kurang seorang bidadari yang lagi sibuk sama TA nya, semangaat sayaaang, salam dari curug layungg :* :D.
Gerbang Penjaga |
Plang Tempat |
Di dalam Tenda Tentara |
Tenda Tentara tampak luar |
Pohon Karet |
Getah Karet |
Jalan Setapak |
Air Yang Mengalir |
Di suatu tempat |
Curug Layung |
Kolam Layung |
Harmoni Alam |
Jaln Yang Berdebu |
Kumpulan Pinus |
PERJALANAN SUNYI
Perjalanan ini adalah perjalanan sunyi
menjauh dari keramaian
merangkul kesendirian
Perjalanan ini adalah perjalanan sunyi
tanpa derita, tanpa nestapa
hanya puing kebahagiaan yang tersisa
Perjalanan ini adalah perjalanan sunyi
merasakan tetes tetes air semesta
hilangkan riak dalam danau hati
menjauh dari keramaian
merangkul kesendirian
Perjalanan ini adalah perjalanan sunyi
tanpa derita, tanpa nestapa
hanya puing kebahagiaan yang tersisa
Perjalanan ini adalah perjalanan sunyi
merasakan tetes tetes air semesta
hilangkan riak dalam danau hati
THE HEAP PARADOX
Apakah kebenaran itu ?
Terdapat suatu gundukan pasir disebuah lokasi (anggaplah ditaman ) kita ambil satu butir pasir itu dari gundukannya (anggap saja gunudukan pasirnya berjumlah dua milyar butir ) . ketika kita hanya mengambil satu butir pasir dari gundukan "apakah gundukan pasir itu masih ada?". saya yakin kebanyakan anda akan menjawab "tentu masih ada". oke selanjutnya jika kita ambil terus menurus satu butir pasir dari gundukannya tentu gundukannya lama-lama akan menghilang. Sekarang pertanyaannya, jika disebuah lokasi lainnya ada sebuah gundukan lagi lalu kita ambil satu butir pasir saja dari gundukan itu, apakah gundukan itu masih disebut gundukan ?.
Sekarang lupakan sejenak dulu pertanyaan tadi, kita beralih pada persoalan lain masih sama tentang gundukan tapi kali ini kebalikan dari cerita sebelumnya. Kini seandainya kita memiliki pasir berjumlah satu milyar butir lalu kita memilih satu lokasi yang belum terdapat gundukan. Di lokasi itu kita menaruh satu butir pasir yang kita punya , sekarang sudahkah terlihat gundukan ? . ok kini jika kita taruh lagi satu butir pasir disana, apakah sekarang sudah terlihat gundukan?. kembali saya yakin kebenyakan dari kita pasti akan menjawab kedua pertanyaan tersebut dengan belum. Tapi tentu jika kita menaruh terus menerus butir-per butir dari pasir yang kita punya, jawaban belum tadi perlahan-lahan akan berubah jadi iya.
Permasalahan dari paradoks diatas adalah bagaimana bisa kita yakin di saat kita mengatakan di lokasi A ada gundukan sedangkan Lokasi B tidak ada gundukan ?. dimanakah batas itu bisa disebut gundukan atau bukan gundukan ?, bagaimana bisa dia disebut gundukan disaat yang sama dia juga bukan gundukan?, bagaimana juga disaat dia bukan gundukan disaat yang sama juga bukan-bukan gundukan ?, bagaimana ?. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan tadi berkembang menjadi, apakah semua didunia ini pasti ?, apakah semuanya memiliki sifat dualisme?, apakah yang tidak benar itu berarti salah ?, apakah yang tidak salah itu benar ?, apakah semua memiliki batas yang jelas ?, apakah kelabu itu hitam atau putih ?, itu semua permasalahan dikotomi. dikotomi adalah pembagian dua kelompok yang bertentangan. Pola dikotomi ini sudah mendarah daging didalam pola logika berfikir manusia. Namun ini sebenarnya adalah hal yang wajar karena pada hakikatnya kita pasti ingin menyederhanakan persoalan. Namun nyatanya pola ini akan menjadi permasalahan ketika kita ingin menentukan sesuatu itu benar atau salah. Karena ternyata hampir semua (jika tidak ingin dikatakan semua) di alam semesta ini tidak memenuhi hukum determinasi kualitas. Mengapa demikian ?, pikirkanlah kenapa matematika itu ada?, kenapa fisika itu ada?, bahwa nyatanya semua memiliki transisi bukan dikotomi.
Mungkin penjelasan diatas terlalu menjelimet. untuk itu mari saya sederhanakan. ketika kita mengatakan seuatu itu keras,lunak,tinggi, rendah,enak,tak enak dan berbagai variable kualitas lainnya. Kita pasti cenderung bilang bahwa itu relatif. Tapi walaupun prinsip relatif berperan , yang utama adalah bahwa kualitas itu semu, hanya sekadar persepsi. Fisika dan matematika sangat menghindari pola seperti ini, pola yang sekadar persepsi atau dikotomi yang bersandar pada kualitas. Fisika dan matematika menyatakannya dengan kuantitas. Misalnya untuk keras dan lunak kita mengukur modulus youngnya, untuk tinggi dan rendah kita mengukur dengan meter. Tapi memang tak semua varible kualitas bisa kita gambarkan dalam varible kuantitas, contoh : enak dan tak enak bagaiman cara mengukurnya ?.
Lantas apa yang bisa kita ambil dari The heap paradox ?. Bahwa ternyata kebenaran kita hanyalah sekadar persepsi saja. Kita cenderung menghakimi sesuatu itu benar atau salah hanya berdasar pada persepsi pribadi kita saja, padahal dikotomi itu semu. Sampai dimana pasir-pasir itu bisa disebut gundukan ?, sampai butir pasir berapakah sistem itu tiba-tiba memperoleh sifat sebagai gundukan pasir ?, sampai seperti apakah sesuatu itu bisa disebut benar ?, sampai bagaimanakah sesuatu itu bisa kita sebut kebenaran?, ternyata kebenaran kita hanyalah persepsi?, Jadi sudah seberapa seringkah kita menghakimi diri kita dan yang lainnya dengan persepsi saja ?. Sebenarnya sah-sah saja jika kita memakai pola dikotomi ini apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Namun kita harus menyadari bahwa pola dikotomi ini bukanlah bagian dari sistem kebenaran dan tidak pantas untuk menghakimi suatu kebenaran. Lagipula pola dikotomi ini tidak bersifat universal tapi tergantung pada sudut pandang. Contoh lawannya haus adalah lapar, lawannya kenyang juga lapar. so berarti haus sama dengan kenyang ?.
SELALU DEKAT
Saat saya kekeringan ide hari ini, tuhan masih memberikan saya ilham menciptakan lagu ini untuk nya... Lagu yang 3 jam jadi, semoga ada yang suka haha
Lyric
ketika ku lihat bintang
adakah dirimu disana
di saat ku maknai senja
akankah dirimu hadir di dalam malam
adakah dirimu disana
di saat ku maknai senja
akankah dirimu hadir di dalam malam
reff
dan kini aku tahu dirimu tak jauh
kehadiranmu ada di dalam detak jantungku
engkaupun mengisi kekosongan di seluruh hatiku
tak kan ku lepas engkau untuk selamanya
jiwaku telah mengarungi
seluruh sudut semesta
tetapi tak ku temukan jua
dimanakah dirimu berada
dan kini aku tahu dirimu tak jauh
kehadiranmu ada di dalam detak jantungku
engkaupun mengisi kekosongan di seluruh hatiku
tak kan ku lepas engkau untuk selamanya
jiwaku telah mengarungi
seluruh sudut semesta
tetapi tak ku temukan jua
dimanakah dirimu berada
REFLECTION
Langit tercermin pada samudera
Hutan tercermin pada rerumputan
Diri tercermin pada hati
Dan aku tercermin pada kamu
AYU#3
Aku menunggu saat kita bisa bergandengan tangan tanpa keraguan
Saat kita bisa saling berpelukan dan mencinta tanpa takut akan murka tuhan
Saat kita bisa mencium dan mencumbu dalam ridho illah
saat kita bisa berjalan beringan bersama tanpa khawatir apapun tentang dunia
Saat kita bisa bersama untuk selamanya
Bahkan di alam sanapun kita tak akan terpisahkan
SI MBAMBUNG #2
Hakikat Diri
Entah apa yang sedang dilakukan mbambung, dari tadi hanya duduk diam menatap kosong pada kolam ikan di depannya. Jiwanya seperti tidak sedang di tempat dan pikirannya seperti sedang berkelana entah kemana.
Gudel yang kebetulan lewat menyapanya, "hei mbung apa yang sedang kau lakukan ?"...
"Siapa mbambung itu ?"... tanpa mempedulikan gudel, mbambung masih menatap kosong pada kolam.
Gudel yang bingung dan heran bertanya ... "mbung kamu kerasukan yaa ? mbambung itu ya kamu ?"
"apakah aku benar-benar mbambung atau sedang memmbambung atau pura-pura mbambung?"
"siapa yang bisa memastikan kalau aku ini mbambung ? ".... dengan tetap tanpa mempedulikan gudel, mbambung terus menatap kosong pada kolam dan berbicara terus seperti orang yang sedang ngelantur.
"dahulu manusia sebelum diturunkan ke dunia sudah mengadakan perjanjian dengan tuhan, siapa namanya dan apa tugasnya dimuka bumi. Namun setelah manusia di lahirkan, mereka menjadi lupa apa yang telah disepakati. Disanalah titik pencarian dimulai".
"aku terlahir dengan naman mbambung, tapi apakah aku sudah mendekati nama itu sendiri ?, apakah aku telah menjadi mbambung yang sejati ?, mbambung yang sudah sesuai dengan kesepakatan tuhan ? , itulah yang sedang aku cari sekarang.
Mbambung kemudian berdiri, lalu kemudian menengok ke arah gudel dan bertanya "apakah kamu Gudel ? ", lantas beranjak pergi meninggalkan gudel yang terdiam bingung.
PADA SUATU HARI
"Masa tanpa Beban"
"Lima, empat, tiga, dua, satu".... kubuka mataku, bekedip membiasakan diri dengan cahaya. Kepalaku menengok kanan kiri memperhatikan sekitar, hanya ada kekosongan. Tampaknya mereka telah pergi.
Apri, Ayu, Fitri, kemana mereka perginya ? , aku telurusi seluruh ruangan berkayu ini. Di balik tv, di kolong tempat tidur, di dalam lemari, aku jelajahi dimana tempat kira-kira mereka berada, tak ada satupun sudut yang luput dari pencarianku.
"Nasennnn".... tiba-tiba terdengar suara dari ruangan tempatku pertama berada tadi. Bergegas aku berlari kencang menuju kesana, pikiranku was was dan perasaanku tak enak, "jangan-jangan"... batinku berkata.
Benar saja sesampainya disana, aku telah di tunggu oleh apri, ayu dan fitri di depan kulkas. Terlihat mereka tersenyum penuh kemenangan.
"Kami menang"... ujar ayu sambil tersenyum dengan memeletkan lidahnya padaku.
"ayo kamu mulai lagi"... apri menepuk pundakku
Dengan langkah gontai, terpaksa aku tutup mataku kembali, ini untuk ketiga kalinya aku jaga.
Sepuluh, sembilan, delapan, .....
HAPPY BIRTHDAY MY SISTER
SELAMAT ULANG TAHUN
untuk adikku tercinta
attyn thursyna
yang ke 17 tahun
Semoga kehidupan nya selalu diberkahi oleh Allah Swt
*hug* :* :D
Lyric
Hari ini, hari yang kau tunggu
bertambah satu tahun
usiamu, bahagialah kamu
yang ku beri, bukan jam dan cincin
bukan seikat bunga atau puisi
juga kalung hati
Maaf, bukannya pelit
atau gak mau bermodal dikit
yang ingin aku beri padamu
doa setulus hati
reff
Semoga tuhan, melindungi kamu
serta tercapai semua angan dan cita-citamu
mudah-mudahan, di beri umur panjang
sehat selama-lamanya
SEPENGGAL PURNAMA
Terisak tangis malam menunggu purnama
tak jua datang tak kunjung tiba
keheningan memecah sendu
akan kah tiba hari terhentinya penantian ?
Luka tercoreng di wajah senja
masih tersisa puing-puing purnama yang dulu berjejak
hanya penggalan kisah lalu
yang meretaskan rindu
tak jua datang tak kunjung tiba
keheningan memecah sendu
akan kah tiba hari terhentinya penantian ?
Luka tercoreng di wajah senja
masih tersisa puing-puing purnama yang dulu berjejak
hanya penggalan kisah lalu
yang meretaskan rindu
SI MBAMBUNG # 1
Menduakan Tuhan
Suatu hari mbambung sedang jatuh sakit di rumahnya, sudah berapa hari ini dia demam tinggi, mual, mencret yang tak kunjung henti, dan bebrapa komplikasi lainnya. Entah penyakit apa yang sedang di derita oleh mbambung.Karena kasihan para tetangga dan sahabat mbambung menjenguk di rumahnya, salah satunya adalah gudel dan cukrik. Mereka berdua hari ini menemui mbambung yang sedah tergeletak tak berdaya di kasur kamarnya.
"mbung ayo kuantar kau kedokter" ... gudel memulai pembicaraannya ke mnambung.
"dengan uangnya siapa aku ke dokter del ? uangnya mbah mu ta?"... dengan terbatuk mbambung menjawab.
gudel dan cukrik kebingungan menjawabnya karena mereka juga sama dengan mbangbung, hidup mereka sebatang kara dan tak ada uang, rumah pun masih beralaskan tanah beratapkan jerami.
"sudah, krik ambilkan saja aku air dan del, tolong ambilkan aku kembang tujuh rupa yang sudah kusiapkan di atas meja makan... mbambung memerintah membuyarkan kebingungan dari gudel dan cukrik.
Segera gudel dan cukrik memberikan apa yang mbambung minta.
"untuk apa itu semua mbung ?" tanya cukrik, gudel yang tadinya ingin bertanya hal yang sama, urung bertanya, hanya memperhatikan.
"ini untuk mengobati penyakitku " ujar mbambung sambil meminum air yang sudah di campur dengan kembang tujuh rupa
gudel dan cukrik saling berpandangan heran. Pikiran mereka penuh dengan pertanyaan.
"kalian pasti berfikir bahwa ini syirik ?" , seperti tahu apa yang difikirkan oleh sahabat-sahabatnya mbambung berbicara.
"apa bedanya memang obat yang di berikan dokter dengan air kembang tujuh rupa ini ?" ... gudel dan cukrik hanya terdiam, membiarkan mbambung berbicara
"tak ada bedanya keduanya sama-sama bisa menjadi perantara tuhan untuk menyembuhkanku" .
"Syirik tidak syirik bukan bergantung pada bendanya tapi pada niat kalian, pada hati kalian".
"Kalau aku kedokter dengan pikiran bahwa dokter itu dan obatnya yang akan menyembuhkanku, maka secara tak sadar aku telah menduakan tuhan, jadi syirik lah aku"
"dipikir yang menyembuhkan itu dokter sama obat nya ?, tidak yang menyembuhkan itu tuhan".
"dan tuhan sesuka-suka hatinya dia mau menyembuhkan dengan perantara apa, bisa lewat dokter, dedaunan ataupun air kembang tujuh rupa yang aku minum tadi"
"maka aku minum air tadi dengan kesadaran penuh, jika tuhan akan menyembuhkan ku, ini ikhtiarku, karena tak mampu untuk ke dokter"
"kita sering tak sadar sering menduakan tuhan, dengan uang, dengan ilmu, bahkan sampai dengan masjid pun tuhan kita duakan"
"lihat terkadang ada masjid yang di gembok ketika malam tiba, seakan-akan mereka yang menggembok sedang menuhankan masjid"
"dan ternyata kita masih belum mengerti ketauhidan"
lelah berbicara, mbambung batuk kemudian tertidur. Gudel dan cukrik yang terbengong-bengong mendengarkan mbambung bicara tadi, bergegas pulang takut mengganggu istirahat mbambung. Di perjalanan mereka berdua berbicara "edaaan si mbambung itu"
TERBANGUN SENDIRI (COVER)
Terbangun sendiri adalah salah satu lagu yang saya sukai dari album seperti seharusnya yang di bawakan oleh noah yang sebelumnya bernama peterpan. Lagu ini sendiri diciptakan oleh Nazriel Irham alias ariel ketika masih berada di dalam penjara.
Untuk itu saya iseng-iseng mencover lagunya, yg jelas kualitasnya kalah jauh dibanding aslinya... haha
Lyric
Katakan, katakan awal semula
karena akhirnya begitu berat terasa
dunia tak seindah katamu
dunia menelan hatiku
Katakan, entah kemana perginya
masa yang mudah dan tawa-tawa yang cerah
dunia yang terdiam tanpamu
dunia yang menelan hatiku
reff
Aku tak ingin terbangun, terbangun sendiri
aku tak ingin terjaga,t erjaga tanpamu
kurangi, kurangi lukaku
ohhh... temani sepiku
Bridge
ohh... temukan aku terlepas
ohh... kemana harus berjalan
SENJA DI HALMAHERA #1
Prolog
"Manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depannya, ketika itu sudah terjadi maka terjadilah"
"Hai"!, perkenalkan namaku Ayu, lengkapnya kalian cari tahu sendiri ya hehe. Aku adalah seorang mahasiswi disebuah institut negeri di surabaya. Hobi ku sangat beragam mulai dari membaca, fotografi, travelling sampai menonton drama korea. Biasalah namanya anak gadis senang melihat cowok cowok bening khas artis korea.
Di surabaya aku tinggal berdua bersama dengan tanteku di kawasan perumahan Pandugo dua, Rungkut. Sebelumnya aku sempat menyewa kos hampir tiga tahun untuk tempatku bermukim. Tetapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk tinggal bersama dengan tanteku.
Malam ini, Kamis 6 agustus 2015 pukul 18:30 waktu indonesia barat, aku sedang tergeletak di kasur kamarku, pandanganku menerawang ke langit-langit kamar. Ternyata membaca lima jam tanpa berhenti cukup membuat mataku kelelahan. Aku ingin beristirahat tetapi aku belum merasakan kantuk sama sekali.
Samar suara gemericik air yang membentur atap rumah terdengar, sepertinya diluar sudah mulai turun hujan. Aku masih berada di atas kasur, bingung tak tahu harus melakukan apa. Ingin tidur tapi tak mampu, terjagapun tak ada yang bisa kukerjakan, sungguh membosankan.
Tiba-tiba ada gagasan yang terlintas di kepalaku, daripada aku bingung, bagaimana kalau aku bercerita padamu ?, aku jamin ceritaku tidak akan membosankan. Cerita tentang pengalamanku ikut sebuah ekspedisi yang di selenggarakan oleh negara, Cerita tentang seseorang yang pernah aku cintai namun tak bisa aku miliki, bukan karena kami tak sayang tapi memang karena tak mungkin dan ini adalah cerita tentang diriku. Semoga kamu mau mendengarkan.
Di surabaya aku tinggal berdua bersama dengan tanteku di kawasan perumahan Pandugo dua, Rungkut. Sebelumnya aku sempat menyewa kos hampir tiga tahun untuk tempatku bermukim. Tetapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk tinggal bersama dengan tanteku.
Malam ini, Kamis 6 agustus 2015 pukul 18:30 waktu indonesia barat, aku sedang tergeletak di kasur kamarku, pandanganku menerawang ke langit-langit kamar. Ternyata membaca lima jam tanpa berhenti cukup membuat mataku kelelahan. Aku ingin beristirahat tetapi aku belum merasakan kantuk sama sekali.
Samar suara gemericik air yang membentur atap rumah terdengar, sepertinya diluar sudah mulai turun hujan. Aku masih berada di atas kasur, bingung tak tahu harus melakukan apa. Ingin tidur tapi tak mampu, terjagapun tak ada yang bisa kukerjakan, sungguh membosankan.
Tiba-tiba ada gagasan yang terlintas di kepalaku, daripada aku bingung, bagaimana kalau aku bercerita padamu ?, aku jamin ceritaku tidak akan membosankan. Cerita tentang pengalamanku ikut sebuah ekspedisi yang di selenggarakan oleh negara, Cerita tentang seseorang yang pernah aku cintai namun tak bisa aku miliki, bukan karena kami tak sayang tapi memang karena tak mungkin dan ini adalah cerita tentang diriku. Semoga kamu mau mendengarkan.
Bersambung
MEMILIKI KEHILANGAN
Apakah itu kehilangan ?
Kehilangan, kata yang sepertinya menakutkan untuk sebagian besar orang. Kata yang sepertinya selalu menawarkan kesedihan di setiap hurufnya. Kata yang sepertinya setiap manusia enggan berjumpa dengannya. "Bagaimana denganku ? "entahlah, aku sudah kehilangan rasa.
Aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa sejak sepuluh tahun yang lalu. Sudah lupa dengan yang namanya perasaan. Untukku saat ini kehidupan adalah sesuatu yang membosankan, mungkin lebih baik mati saja bagiku atau sekalian saja meminta kepada tuhan agar disegerakan kiamat. Itu juga kalau tuhan itu ada.
Semenjak kejadian itu selain kehilangan perasaan, sepertinya iman ku juga ikut terkikis habis. Benar-benar tak ada yang tersisa dari diriku. Hanya jasad yg kian melapuk dan otak yang tak lagi waras. Tanpa jiwa, tak ada perasaan.
Kenapa ? , kalian ingin tahu kejadian apa di sepuluh tahun lalu itu ?. Ternyata kalian tidak beda jauh dengan manusia kebanyakan, selalu ingin tahu saja dengan yang bukan menjadi urusan kalian. Tapi tidak apa-apa, aku tidak berkeberatan berbagi dengan kalian. Walau menimbulkan trauma untukku tapi semoga bisa menjadi pelajaran untuk kalian.
Semua berawal dari sepuluh tahun yang lalu. Sebuah sejarah yang paling kelam untuk diriku. Yang seharusnya sudah kubuang jauh-jauh, kulupakan, kurobek-robek tak berbekas menjadi bagian dari sampah masa lalu.
Sepuluh tahun lalu aku masih seorang gadis mungil lucu berumur enam tahun dari keluarga yang sederhana. Ayahku adalah seorang anggota KPK dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Sampai saat itu keluargaku adalah keluarga yang bahagia. Setidaknya aku masih bisa merasa.
Hari-hari berjalan normal untukku. Aku bersekolah, bermain, makan , tidur dan sesekali berlibur bersama keluargaku. Benar-benar sangat normal, tak ada perbedaan dengan anak kebanyakan. Sampai tiba pada suatu sore di hari rabu bulan desember tahun 2005, aku masih ingat dengan persis waktunya. Peristiwa itu terjadi.
"Ereeen !!!" ... dengan tergesa ibukku memanggilku ke dalam kamar
"Cepat sembunyi nak !!! ", belum sempat aku menjawab ibuku sudah berbicara lagi dengan wajah penuh ketakutan dan kepanikan.
Aku yang masih bingung tak tahu apa yang terjadi, menurut saja pada ibuku. Ku masuki lemari pakaianku yang cukup besar untuk dijadikan tempat persembunyian.
"Door !!!" , tiba-tiba terdengar suara ledakan dari lantai bawah rumah ku, yang sepertinya adalah suara pistol. Keheranan ku berganti dengan ketakutan. Di dalam lemari aku tak berani mengintip ke luar melihat keadaan. Hanya diam meringkuk ketakutan di lemari yang pengap.
Aku tak tahu apa yg sebenarnya terjadi. Aku ingin menangis namun aku tahan, takut tempat persembunyian ku ketahuan. Dari dalam lemari aku mendengar suara-suara langkah kaki yang sangat banyak. Terdengar juga suara barang-barang yang dibanting dan orang yang berteriak-teriak. Yang tak jelas apa yg di teriakan.
"Brakkk !!!" , Terdengar suara sesuatu terbanting. Aku terkaget sesaat mendengarnya. Suara itu begitu dekat dengan tempatku bersembunyi. Sepertinya itu tadi adalah suara pintu kamarku yang di buka dengan paksa.
"Disini masih ada orang bos", terdengar suara seseorang tak lama setelah pintu di dobrak. Dari suaranya yang berat aku kira itu suara seorang laki-laki.
Ketakutan ku semakin menjadi ketika banyak suara langkah kaki yang memasuki kamarku. Aku takut tempat persembunyian ini ketahuan. Dalam ketakutan itu aku teringat ibuku. Benar, "ibukku masih di luar", kepanikan mulai menguasaiku. Pikiranku bertanya apakah ia akan baik-baik saja ?.
Pada akhirnya aku memberanikan mengintip keluar. Aku buka pintu lemari perlahan, sampai kira-kira mataku cukup untuk melihat keluar. Di luar aku melihat ibuku sedang dipegangi kedua tanganya oleh dua orang laki-laki berpakaian preman. Mereka di kelilingi oleh empat orang yang juga berpakaian preman dan satu orang berpakaian necis lengkap dengan jas hitam dan dasinya sedang bertatap muka dengan ibukku.
Dengan kasar laki-laki berpakaian necis tadi mencengkeram mulut ibukku kemudian berkata "udah gua bilang ke suami lu itu jangan macem-macem sama gua, eh tetep aja masih nyolot dia"...
"udah gua bilang jangan sekali-kali nyelidikin gua"
" gua juga nawarin duit berapapun yang dia mau"
"tapi suami lu yang BEGOO itu menolaknya mentah-mentah "
"suami lu yang SOK SUCIII itu mengacuhkannya"
"Sekarang dia tahu apa akibatnya kalau macem-macem sama gua, pecah kepalanya sudah"
Dunia ku runtuh seketika mendengar perkataan lelaki itu. Seandainya aku punya kekuatan, sudah kucabik-cabik wajah nya saat itu juga karena telah berani-beraninya membunuh ayahku. Tapi aku ketika itu hanyalah seorang gadis kecil yang bisa menahan tangisnya saja.
Aku melihat ibuku diam saja tak melakukan perlawanan apapun. Wajahnya terlihat lesu dan suram. Sedangkan lelaki necis tadi masih saja berbicara tak beraturan. Sampai suatu ketika ibuku meludahi wajahnya. Tak terima laki-laki itu menampar ibuku, menjambak rambutnya, membantingnya ke tembok, sampai-sampai wajah ibuku penuh dengan luka-luka. Setelah puas menganiaya ibuku, Dia hanya bilang satu kata pada anak buahnya "Garap".
Setelahnya adalah kejadian yang tak pernah kau duga sebelumnya. Peristiwa yang sangat menjijikan, memilukan dan sangat biadab. Mereka menelanjangi ibuku kemudian memerkosanya secara bergiliran lalu membunuhnya. Aku mengutuk diriku saat itu yang hanya bisa melihat dan menangis tanpa suara. Rasanya aku sangat tak berdaya.
Singkat cerita setelah semua serangkaian cerita tadi, Aku kembali meringkuk di dalam lemari pakaian terus menangis tanpa suara. Sampai polisi datang ke rumahku dan menemukan aku. Sayangnya ketika mereka tiba para pembunuh tadi sudah tidak berjejak lagi.
Nasib ku setelah itu lebih memilukan lagi. Oleh polisi aku di serahkan kepada panti asuhan. Di panti asuhan ini aku hanya bertahan tiga tahun karena kemudian aku diadopsi oleh sebuah keluarga yang kaya raya tapi tak memiliki keturunan. empat tahun aku hidup dengan keluarga itu, Tidak pernah dianggap sebagai seorang manusia. Berbagai kekerasan aku alami terutama oleh ayah angkatku. Puncaknya adalah ketika umurku tiga belas tahun. Aku mengalami apa yang di alami oleh ibukku, tetapi kali ini ayah angkatku yang melakukannya. Sejak saat itu aku mulai kehilangan perasaan dan kewarasanku. Tak ingat apapun lagi, hanya kebisuan dan keheningan yang ada padaku.
Dan sekarang aku disini, di atas kasur tidurku dengan tangan dan kaki terikat. Aku sekarang disini terkurung di sebuah tempat yang katanya untuk orang-orang yang kehilangan kewarasannya. Termasuk diriku yang sudah kehilangan segalanya.
Demikianlah ceritaku, apakah kalian sudah mengerti arti kehilangan ? .
Aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa sejak sepuluh tahun yang lalu. Sudah lupa dengan yang namanya perasaan. Untukku saat ini kehidupan adalah sesuatu yang membosankan, mungkin lebih baik mati saja bagiku atau sekalian saja meminta kepada tuhan agar disegerakan kiamat. Itu juga kalau tuhan itu ada.
Semenjak kejadian itu selain kehilangan perasaan, sepertinya iman ku juga ikut terkikis habis. Benar-benar tak ada yang tersisa dari diriku. Hanya jasad yg kian melapuk dan otak yang tak lagi waras. Tanpa jiwa, tak ada perasaan.
Kenapa ? , kalian ingin tahu kejadian apa di sepuluh tahun lalu itu ?. Ternyata kalian tidak beda jauh dengan manusia kebanyakan, selalu ingin tahu saja dengan yang bukan menjadi urusan kalian. Tapi tidak apa-apa, aku tidak berkeberatan berbagi dengan kalian. Walau menimbulkan trauma untukku tapi semoga bisa menjadi pelajaran untuk kalian.
Semua berawal dari sepuluh tahun yang lalu. Sebuah sejarah yang paling kelam untuk diriku. Yang seharusnya sudah kubuang jauh-jauh, kulupakan, kurobek-robek tak berbekas menjadi bagian dari sampah masa lalu.
Sepuluh tahun lalu aku masih seorang gadis mungil lucu berumur enam tahun dari keluarga yang sederhana. Ayahku adalah seorang anggota KPK dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Sampai saat itu keluargaku adalah keluarga yang bahagia. Setidaknya aku masih bisa merasa.
Hari-hari berjalan normal untukku. Aku bersekolah, bermain, makan , tidur dan sesekali berlibur bersama keluargaku. Benar-benar sangat normal, tak ada perbedaan dengan anak kebanyakan. Sampai tiba pada suatu sore di hari rabu bulan desember tahun 2005, aku masih ingat dengan persis waktunya. Peristiwa itu terjadi.
"Ereeen !!!" ... dengan tergesa ibukku memanggilku ke dalam kamar
"Cepat sembunyi nak !!! ", belum sempat aku menjawab ibuku sudah berbicara lagi dengan wajah penuh ketakutan dan kepanikan.
Aku yang masih bingung tak tahu apa yang terjadi, menurut saja pada ibuku. Ku masuki lemari pakaianku yang cukup besar untuk dijadikan tempat persembunyian.
"Door !!!" , tiba-tiba terdengar suara ledakan dari lantai bawah rumah ku, yang sepertinya adalah suara pistol. Keheranan ku berganti dengan ketakutan. Di dalam lemari aku tak berani mengintip ke luar melihat keadaan. Hanya diam meringkuk ketakutan di lemari yang pengap.
Aku tak tahu apa yg sebenarnya terjadi. Aku ingin menangis namun aku tahan, takut tempat persembunyian ku ketahuan. Dari dalam lemari aku mendengar suara-suara langkah kaki yang sangat banyak. Terdengar juga suara barang-barang yang dibanting dan orang yang berteriak-teriak. Yang tak jelas apa yg di teriakan.
"Brakkk !!!" , Terdengar suara sesuatu terbanting. Aku terkaget sesaat mendengarnya. Suara itu begitu dekat dengan tempatku bersembunyi. Sepertinya itu tadi adalah suara pintu kamarku yang di buka dengan paksa.
"Disini masih ada orang bos", terdengar suara seseorang tak lama setelah pintu di dobrak. Dari suaranya yang berat aku kira itu suara seorang laki-laki.
Ketakutan ku semakin menjadi ketika banyak suara langkah kaki yang memasuki kamarku. Aku takut tempat persembunyian ini ketahuan. Dalam ketakutan itu aku teringat ibuku. Benar, "ibukku masih di luar", kepanikan mulai menguasaiku. Pikiranku bertanya apakah ia akan baik-baik saja ?.
Pada akhirnya aku memberanikan mengintip keluar. Aku buka pintu lemari perlahan, sampai kira-kira mataku cukup untuk melihat keluar. Di luar aku melihat ibuku sedang dipegangi kedua tanganya oleh dua orang laki-laki berpakaian preman. Mereka di kelilingi oleh empat orang yang juga berpakaian preman dan satu orang berpakaian necis lengkap dengan jas hitam dan dasinya sedang bertatap muka dengan ibukku.
Dengan kasar laki-laki berpakaian necis tadi mencengkeram mulut ibukku kemudian berkata "udah gua bilang ke suami lu itu jangan macem-macem sama gua, eh tetep aja masih nyolot dia"...
"udah gua bilang jangan sekali-kali nyelidikin gua"
" gua juga nawarin duit berapapun yang dia mau"
"tapi suami lu yang BEGOO itu menolaknya mentah-mentah "
"suami lu yang SOK SUCIII itu mengacuhkannya"
"Sekarang dia tahu apa akibatnya kalau macem-macem sama gua, pecah kepalanya sudah"
Dunia ku runtuh seketika mendengar perkataan lelaki itu. Seandainya aku punya kekuatan, sudah kucabik-cabik wajah nya saat itu juga karena telah berani-beraninya membunuh ayahku. Tapi aku ketika itu hanyalah seorang gadis kecil yang bisa menahan tangisnya saja.
Aku melihat ibuku diam saja tak melakukan perlawanan apapun. Wajahnya terlihat lesu dan suram. Sedangkan lelaki necis tadi masih saja berbicara tak beraturan. Sampai suatu ketika ibuku meludahi wajahnya. Tak terima laki-laki itu menampar ibuku, menjambak rambutnya, membantingnya ke tembok, sampai-sampai wajah ibuku penuh dengan luka-luka. Setelah puas menganiaya ibuku, Dia hanya bilang satu kata pada anak buahnya "Garap".
Setelahnya adalah kejadian yang tak pernah kau duga sebelumnya. Peristiwa yang sangat menjijikan, memilukan dan sangat biadab. Mereka menelanjangi ibuku kemudian memerkosanya secara bergiliran lalu membunuhnya. Aku mengutuk diriku saat itu yang hanya bisa melihat dan menangis tanpa suara. Rasanya aku sangat tak berdaya.
Singkat cerita setelah semua serangkaian cerita tadi, Aku kembali meringkuk di dalam lemari pakaian terus menangis tanpa suara. Sampai polisi datang ke rumahku dan menemukan aku. Sayangnya ketika mereka tiba para pembunuh tadi sudah tidak berjejak lagi.
Nasib ku setelah itu lebih memilukan lagi. Oleh polisi aku di serahkan kepada panti asuhan. Di panti asuhan ini aku hanya bertahan tiga tahun karena kemudian aku diadopsi oleh sebuah keluarga yang kaya raya tapi tak memiliki keturunan. empat tahun aku hidup dengan keluarga itu, Tidak pernah dianggap sebagai seorang manusia. Berbagai kekerasan aku alami terutama oleh ayah angkatku. Puncaknya adalah ketika umurku tiga belas tahun. Aku mengalami apa yang di alami oleh ibukku, tetapi kali ini ayah angkatku yang melakukannya. Sejak saat itu aku mulai kehilangan perasaan dan kewarasanku. Tak ingat apapun lagi, hanya kebisuan dan keheningan yang ada padaku.
Dan sekarang aku disini, di atas kasur tidurku dengan tangan dan kaki terikat. Aku sekarang disini terkurung di sebuah tempat yang katanya untuk orang-orang yang kehilangan kewarasannya. Termasuk diriku yang sudah kehilangan segalanya.
Demikianlah ceritaku, apakah kalian sudah mengerti arti kehilangan ? .
"Rasa kehilangan hanya akan adajika kau pernah merasa memilikinya"-memiliki kehilangan (letto)-
PERJALANAN MENUJU TEMPAT PERTAPAAN SANG MAHAPATIH (Madakaripura)
"Masa muda memang selalu indah"
Perjalanan
ini sebenarnya tidaklah direncanakan, kami (saya (miko), kamal, murdiono,
holiz, wildan, farid, hadi, ridhwan, bayu, beny, alfian, zuhdi, arif)
awalnya hanya berniat ke kontrakan saya yang berada di daerah
kebonsari-surabaya , namun diperjalanan ketika kami singgah di SPBU arif
rachman hakim terjadilah percakapan kecil antara saya, murdiono ,holis dan
bayu atau yang biasa dipanggil bontang.
Tang siap ta ke
madakaripura... ucap holiz
Loh beneran ini ?...
kata bontang tak percaya,
iya tang... saya
menyahut
tapi oli ku mau habis,
bontang menjawab sambil memeriksa oli di motornya
tapi beneran gak nih
?... lanjut bontang, masih tak percaya
lu tanye aje kapten
nanti... jawab murdiono ikut ambil bagian
kalo gitu gw ngisi oli
dulu.
Dan akhirnya dengan
lugunya bontang percaya dan beranjak pergi untuk mengisi oli.
kami bertiga akhirnya
tertawa karena keluguan bontang .
Singkat
cerita setelah kejadian tadi kami akhirnya berdiskusi untuk memutuskan apakah
perjalanan dilanjutkan menuju madakaripura atau tidak. Setelah diskusi panjang
terjadi, diputuskan bahwa perjalanan dilanjutkan dengan transit terlebih dahulu
di rumah Zuhdi yang biasa di sapa beji yang terletak di kab pasuruan.
Kesepakatan
telah tercapai, manusia-manusia yang ikut melanjutkan perjalanan pun telah
pasti. Mereka yang melanjutkan perjalanan adalah kami semua, minus Arif,
dikarenakan ada rapat yang mengharuskannya tidak ikut bersama kami.
Setelah setiap kami sudah menetapkan hati dan semua persiapan telah rampung,
sekitar jam setengah dua belas malam perjalanan kami menuju tempat pertapaan
sang mahapatih dimulai.
oh iya, sekadar
informasi. madakaripura terletak di kawasan wisata alam Bromo
– Semeru Tengger Probolinggo
Jawa Timur. Tepatnya di Desa Sapih Kecamatan Lumbang
Probolinggo Jawa Timur. Madakaripura mempunyai arti tempat tinggal terakhir, sesuai dengan namanya, Madakaripura
dipercaya sebagai tempat terakhir sang mahapatih majapahit gajah mada bertapa dan
berteman dengan sepi hingga waktu membunuhnya.
Berlanjut
ke perjalanan kami, kami memulai perjalanan dari kontrakan saya sekitar jam
setengah dua belas malam dengan mengendarai motor. Terpaan angin malam yang
menghatam kulit kami, tak memadamkan niat kami untuk terus meneruskan perjalanan.
Akhirnya setelah satu setengah jam kami
bergelut dengan malam, kami tiba di rumah saudara beji, waktu itu jam menunjukan
pukul 01.00.
Setibanya dirumah beji, kami dihidangkan dengan makanan yang mengundang nafsu makan , kebetulan saat itu lapar sedang menggeroti kami, sontak saja masing-masing kami segera bersantap makanan, walaupun saya sendiri tidak makan.. hehehehe. Setelah santap malam selesai, masing-masing kami beraktivitas seusai dengan keinginan, ada yang beristirahat dan kebanyakan kami bercengkrama diteras rumah beji, saya sendiri tenggelam dalam lamunan saya tentang suasana rumah beji yang sangat berciri khas perdesaan, rumah-rumah yang tanpa pagar, sawah yang masih membentang luas dan langit bersih yang berbintang.
Jam
sudah menunjukan pukul 02.00, kami pun memtuskan untuk beristirahat, mengumpulkan tenaga agar nanti jam 5 pagi bisa
terbangun dan melanjutkan petualangan kami menuju madakaripura. Tempat untuk
istirahat kami terbagi tiga, di ruang tamu dan di dua kamar tidur. Saya sendiri
tidur di ruang tamu
bersama beberapa teman lain.
Pagi pun datang, jam menunjukan pukul 05.00 ketika saya terbangun, segera saya berdiri menuju kamar mandi dan berwudhu untuk melaksanakan shalat shubuh. Selesai saya melaksanakan shalat, saya keteras rumah, mencoba menikmati pagi, Meskipun ketika itu masih jam lima pagi namun matahari sudah cukup tinggi dari tempatnya terbangun.
bersama beberapa teman lain.
Pagi pun datang, jam menunjukan pukul 05.00 ketika saya terbangun, segera saya berdiri menuju kamar mandi dan berwudhu untuk melaksanakan shalat shubuh. Selesai saya melaksanakan shalat, saya keteras rumah, mencoba menikmati pagi, Meskipun ketika itu masih jam lima pagi namun matahari sudah cukup tinggi dari tempatnya terbangun.
dirumah beji menjelang keberangkatan |
Teman-teman yang lain terbangun setelah saya,
kecuali beji , Sebelum mereka terbangun, dengan kamera sakunya beji memotret
pose tidur masing-masing mereka, sembari membangunkannya.
Setelah
semua sudah terbangun dan sudah siap ,sekitar jam enam pagi, kami berangkat
menuju madakaripura. Di perjalanan ketika kami melewati turunan , alfian yang memboncengi benny, hampir
saja kehilangan nyawa mereka, motor mereka slip ketika menuruni turunan yang
curam berpasir, beruntung mereka masih bisa menjaga keseimbangan motor sehingga
tidak terjatuh kedalam jurang yang menganga didepan mereka. pyuh, hampir saja.
Patung Gajah mada dan kerisnya |
Tibalah kami digerbang masuk madakaripura,
terlihat patung gajah mada yang berdiri gagah dengan kerisnya menunjuk ke arah
Timur. Suasana madakaripura saat itu masihlah sepi, loket pembayaran pun belum
ada penjaganya.
Kami segera memakirkan
motor di sekitar patung gajah mada yang sedang duduk bertapa. Saat itu
seseorang yang sepertinya penjaga loket menghampiri kami untuk meminta bayaran.
Pembayarannya satu orang Rp. 3000,00 dan
satu motor Rp. 3000,00. Karena kami ada tiga belas orang dan motor ada 7 ,
biaya yang kami keluarkan adalah Rp. 60.000,00. Setelah selesai bertransaksi,
kami berfoto di depan patung gajah mada yang bertapa. Selesai berfoto kami
sarapan di kedai-kedai yang terletak tak jauh dari tempat kami memarkirkan
motor. Di saat kami makan terlihat motor-motor kami dicucikan oleh sekelompok
anak yang sepertinya penduduk sekitar situ. "Lumayanlah, udah lama gak dicuci
tuh motor"… batin saya dalam hati.
Bontang dan Gajah mada |
Perut sudah terisi penuh, kini saatnya kami
melanjutkan perjalanan menuju air terjun madakaripura yang harus ditempuh
dengan berjalan kaki, dari tempat kami memakirkan motor. Perjalanan yang kami
tempuh kurang lebih 800 m untuk mencapai air terjun madakaripura.
Perjalanan dimulai dari sebuah jalan setapak yang memotong sungai. Kami sempat foto-foto sebentar disini. Selesai foto kami melanjutkan perjalanan dengan mengikuti jalan setapak, saya sendiri tidak mengikuti yang lainnya, saya lebih memilih mengikuti aliran sungai, jadilah saya berjalan melawan arus sungai, pakaian yang saya kenakan pun basah kuyup.
Perjalanan dimulai dari sebuah jalan setapak yang memotong sungai. Kami sempat foto-foto sebentar disini. Selesai foto kami melanjutkan perjalanan dengan mengikuti jalan setapak, saya sendiri tidak mengikuti yang lainnya, saya lebih memilih mengikuti aliran sungai, jadilah saya berjalan melawan arus sungai, pakaian yang saya kenakan pun basah kuyup.
Saya terus menyusuri sungai, beberapa kali saya
juga terjatuh karena derasnya arus yang mengalir dan licinya batu yang saya
pijak. Tak ayal saya jatuh- bangun untuk mencapai tempat terakhir kami. Saat
saya bersusah payah berjalan melawan arus sungai, yang lainnya sepertinya
dengan santai berjalan mengikuti jalan setapak, walaupun sesekali jalannya
harus memotong sungai. Setelah satu jam berjalan akhirnya saya tiba di air
terjun pertama, (sedikit informasi air terjun
madakaripura berjumlah lima ). Di air terjun pertama dibawahnya terletak batu
besar, batu besar itu cukup untuk saya duduk diatasnya, saya bergaya ala
pertapa disana dengan melepas baju yang saya kenakan. Oh iya bagi kalian yang tidak mau barang
bawaan kalian basah, tenang saja disana terdapat tempat penitipan barang. Saya
sendiri tidak menitipkan tas yang saya bawa tetapi teman-teman yang lainnya
menitipkan barang awaan mereka. Selepas menitipkan barang, mereka bergabung
dengan saya untuk berpotret
ria, di batu tadi.
jalur sungai |
Selesai berfoto, saya, Kamal biasa disapa Imung atau Kapten dan Farid, meneruskan berjalan menuju air terjun berikutnya, sedang yang lainnya masih berfoto di batu tadi. Tak jauh dari air terjun pertama tadi kira-kira 5 meter di depan terdapat air terjun kedua, yang aliran airnya lebih deras dari sebelumnya. Untuk mencapai air terjun kedua tadi, kita harus menapaki jalan yang berbatu dan sedikit menanjak. Saat kami bertiga sudah mencapai air terjun kedua tadi, saya mencoba untuk duduk dibawahnya. Ternyata rasanya sakit , seperti dilempar dengan kerikil-kerikil kecil berjumlah banyak. Dari air terjun kedua tadi saya memandang lurus kedepan, terlihat ceruk besar, dengan 3 air terjun disisinya dan danau berwarna biru. Tak ayal saya, Imung, Farid bergegas turun dan menunggu teman-teman yang lainnya, untuk segera menuju pemandangan indah yang saya lihat tadi.
Kami
segera beranjak dari tempat kami berfoto. Kami berjalan kira-kira 30 meter dari
air terjun kedua untuk sampai ke ceruk
besar yang terdapat tempat patih gajah mada bersemedi. Untuk mencapai ceruk
tadi terdapat dua jalur, jalur pertama melewati jalan yang licin dan hanya
cukup untuk satu orang, jalur yang kedua berada disamping jalur pertama.
Sebenarnya ini bukan lah jalur, jalur ini adalah sebuah muara dari air terjun,
dimana tseperti terdapat kolam didalamnya. Kami semua melewati jalur ini, untuk
sedikit bermain air. Kebetulan disana terdapat satu gelondongan kayu yang bisa
dipakai untuk pelampung, karena ternayata kolam tersebut terdapat sisi dalam di
bagian pinggirnya.
Saya dan perjuangan melawan arus |
Setelah puas bermain air dikolam tadi, kami segera
beranjak menuju air terjun di depan kami . Ketika sudah sampai, saya takjub
akan pesona yang ditampilkan madakaripura ke pada kami. Pemandangan yang kami lihat
adalah sebuah tebing yang melingkar setengah lingkaran mengelilingi kami, yang
disisinya terdapat tiga air terjun yang jatuh dengan indahnya. Diantara tiga
air terjun tersebut, terdapat satu air terjun utama, dimana dibelakang air
terjun tersebut terdapat sedikit ruang untuk berpijak. Diduga di ruang
tersebutlah Gajah mada bersemedi. Namun untuk mencapai ruang tersebut tidaklah
mudah, kita harus menyebrangi sebuah kolam sedalam 7 meter dengan lebarnya 5
meter. Kami semua awalnya tidak berani
untuk menyebarangi kolam dalam itu, masing-masing kami mencoba mengumpulkan
keberanian untuk mengawalinya. Hingga Danar yang memang dikenal jago berenang,
memberanikan diri untuk menyebrang, dengan kayuhan tangan dan kakinya dia mulai
berenang dengan berani, kami ditepi kolam menunggu dengan cemas, Setelah beberapa saat Danar berhasil mencapai
ruang dibelakang air terjun tersebut, tepuk tangan pun bersahutan dari kami
untuk Danar.
Air terjun Madakaripura |
Keberhasilan Danar menginspirasi kami semua
untuk mencapai ruang tersebut. Saya sendiri karena tidak pandai berenang,
mencoba mencari jalan lain untuk mencapai ruang tersebut tanpa berenang. Saat
itu saya melihat ada celah di dinding tebing yang terhubung dengan ruang
dibalik air terjun tadi . Saya menghampiri dan memeriksa apakah celah itu bisa
saya lewati untuk sampai ke seberang atau tidak... Setelah saya periksa, celah
tersebut cukup lebar untuk saya berjalan tiarap didalamnya, namun saya masih
ragu untuk melewatinya, dikarenakan ketinggian celah cukup tinggi dari tempat
saya berdiri, di tambah dinding tebing yang licin dan tajam membuat keraguan
saya bertambah. Satu lagi alasan keraguan masih tertanam di otak saya adalah, karena
sandal yang saya pakai sudah aus untuk di pakai memanjat. Jadilah untuk
sementara saya urungkan dulu niat saya untuk menyebrang.
Disaat saya masih diliputi keraguan ,
satu-persatu teman-teman saya mulai menyebrangi kolam 7 m itu. Secara berurutan
yang menyebrang setelah danar adalah imung dengan renang gaya punggunya ,Benny
yang hampir tinggal nama karena kehabisan napas di tengah perjalanan, namun
untungnya danar datang untuk membantu, dan beji yang menyebrang dengan bantuan
gelodongan kayu, juga dibantu Danar, sedangkan yang lainnya masih mengumpulkan
keberanian untuk menyeberang
Berfoto
dengan latar belakang kolm 7 m dan ruang dibelakang airterjun
|
Kembali ke pikiran ini, keraguan masih mencoba
mematikan keberanian saya. Saya masih ragu , apakah saya melewati celah di
tebing itu apa tidak. Sebenarnya alasan terbesar saya masih ragu adalah karena
sandal yang saya kenakan ini tidak mumpuni untuk membantu saya melewati celah
tersebut. Akhirnya karena keinginan saya
untuk menyebrang semakin membuncah, saya memutuskan untuk meminjam sandal yang
lebih baik daripada sandal saya. Saya
coba meminjam ke Farid yang waktu itu memakai sandal gunung merk outdoor, tapi tak berhasil,, Farid masih
mau memakai sandalnya. Namun akhirnya saya mendapatkan pinjaman, setelah Hadi
mempersilahkan saya untuk memakai sandalnya. Sandal hadi adalah tipe sandal
gunung dengan merk eiger .
Berfoto di
ruang belakang air terjun
|
Tak
membuang waktu, setelah saya memakai sandal pinjaman tadi, saya bersegera ke
celah tebing tadi untuk memulai percobaan saya menuju ruang di balik air terjun
tadi. Masih ada sedikit keraguan menyergap saya, ketika akan memulai memanjat
untuk masuk ke celah tadi. Teriakan dion menambah keraguan itu, “ko jangan
ko!!!” begitu teriaknya. Tapi keinginan saya mengalahkan keraguan saya, dengan
mengucap bismillah saya mulai memanjat dengan keyakinan, dan saya berhasil
memasuki celah tersebut. Tantangan selanjutnya telah menanti saya. Untuk
mencapai ruang yang saya tuju, saya harus berjalan tiarap sekitar 5 m dengan
medan yang sedikit turun dan batu-batu kecil yang tajam, dengan sedikit
bersusah payah saya berhasil mencapai ujung celah tersebut dan dengan 2
lompatan kecil saya berhasil mencapai ruang yang saya tuju.
Ngopi sek sambil selfie |
Hadi, Ridhwan atau biasa disapa Gibal ,Alfian
(sbnrnya saya heran knp Alfian tidak berani menyebrang sendiri, pdhl dia jago
renang) dan Murdiono, secara berurutan mereka yang telah menyebrang. Ada cerita
lucu ketika murdiono menyebrang, Murdiono ini seorang yang tidak pandai untuk
berenang maka otomatis dia memakai gelondongan kayu untuk menyebrang dengan
danar disampingnya. Tapi alih-alih dia membantu mengayunkan kakinya, dia malah
memeluk kayunya , membentuk badannya seperti huruf C. Kontan saja si kayu berputar dan nyaris saja
menenggelamkan Murdiono. Tapi Untung saja Danar dengan susah payah dan wajah
yang sudah memerah, berhasil membawa dion menyebrang.
Sekarang
kami semua kecuali Farid,Wildan dan Holiz, sudah berada di ruang itu. Sontak
kami menyuruh mereka yang diseberang untuk memfoto kami. Kami disitu juga
menari-nari ala Bob Marley dan menyanyikan lagu No Woman No Cry . Tertawalah kami bersama-sama.
Air terjun dan kolam 7 m
|
Kami
di ruang itu tidaklah lama, hanya selang beberapa menit setelah saya sampai
disana, kami memutuskan untuk segera balik lagi ke tempat kami sebelum
menyeberang. Sama seperti saya ketika mencapai ruang tersebut, ketika kembali
pun saya juga melewati celah ditebing itu. Ternyata perjalanan kembali lebih
menyusakan daripada berangkatnya. Saya harus berjalan tiarap dengan medan yang
berkebalikan dari sebelumnya, sedikit menanjak dan berbatu tajam. Tapi hal yang
paling menyusahkan adalah ketika saya ingin turun dari celah itu, medannya
dinding batu licin yang tajam dan saya tidak bisa melihat kebawah untuk mencari
pijakan atau sekadar memastikan bahwa di bawah saya bukanlah air yang dalam.
Dalam perjalanan saya untuk turun, saya tergelincir dan saya berfikir ketika
itu dibawah saya adalah air yang dalam, Mati gw … dalam hati saya berbicara.
Namun untungnya pikiran saya salah, ternyata dibawah saya adalah air yang
dangkal, selamat lah saya. Walaupun tulang kering dan tangan saya sedikit
terluka karena tergelincir tadi, tapi untunglah saya gak jadi meninggal
hehehehe.
Saat
sudah sampai di tempat asal, saya lihat teman-teman yang lainnya juga mulai
kembali dengan berenang namun dengan rute yang lebih pendek daripada
berangkatnya. Berbeda dengan lainnya yang kembali dengan berenang, Dion lebih
memilih untuk mengikuti saya melewati celah di tebing untuk jalan kembali.
Walaupun sedikit bersusah payah, namun dion juga berhasil sampai dengan selamat
setelah saya bantu memandunya untuk turun dari celah itu.
Setelah
kami semua sudah sampai seberang, kami segera menghampiri teman-teman yang
tidak menyebrang untuk membuat kopi. Oh iya kebetelulan saat itu kami membawa
kompor kecil yg biasanya dibawa oleh pendaki, Gas kecil , gelas dan nesting,
sehingga kami bisa membuat beberapa gelas kopi. Sambil mengeringkan badan ,
kami bercengkrama dan meminum kopi yang sudah kami buat.
Sekitar jam
setengah dua belas setelah kami
mengepack barang bawaan kami, kami segera bergegas pulang. Kembali ke kehidupan nyata, bergelut dengan
buku di kota pahlawan Surabaya. Itulah cerita perjalanan kami menuju pertapaan
sang mahapatih , sebuah perjalanan mengenang sejarah kejayaan nusantara yang menyenangkan.
Cat : sedikit cerita ketika perjalanan pulang menuju Surabaya. Farid dan Beji
hampir kehilangan nyawa mereka. Motor yang mereka tumpangi terjatuh karena rodanya
nyelip di rel kereta dan lucunya ketika mereka jatuh beji sempat bertanya pada
farid “kamu ngantuk rid??”Tanya beji, “nggak le” dengan tenangnya farid
menjawab , padahal keadaan pada saat itu truck sudah menanti untuk melindas
mereka. Tapi untung saja truck nya bisa berhenti sebelum mereka jadi tempe
penyet .
BERDAGANG DENGAN TUHAN
Sering kali kita berdagang dengan tuhan. Menghitung-hitung pahala dan dosa seperti mengkalkulasikan laba dan rugi. Saat saya memberi sekian maka tuhan akan memberi saya sekian. Bahkan seperti sudah di rumus bakukan dengan x-y = 700x
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu. Tapi kok ya rasa-rasanya tidak etis berhitung-hitung kepada tuhan yang telah mencipakan manusia dengan kasih sayangnya. Seperti menjadi makhluk yang tidak punya rasa terima kasih
Kita ini sepertinya sudah kehilangan rasa sungkan kepada tuhan. Padahal kepada manusia saja kita masih sering sungkan. Untungnya tuhan itu selain as-shabbur maha sabar, juga maha memaklumi. Jadi dia pasti bisa memaklumi segala kekurang ajaran kita. Termasuk kekurang ajaran kita mengkapitalisasi kan sedekah.
Saat bersedekah seringnya kita berhitung, masih lebih baik jika berhitungnya adalah pahala. Terkadang yang kita hitung adalah keuntungan materil duniawi. Ketika saya menyedekahkan sepuluh ribu rupiah dari dua puluh ribu uang saya, maka saya akan mendapatkan tujuh ratus kali sepuluh ribu rupiah dari tuhan. Sesuai dengan rumus x-y = 700x.
Sekali lagi itu juga tidak salah sama sekali. Saya yakin tuhan akan memakluminya bahkan mengabulkan segala kalkulasi kita. Tetapi menurut saya, mbok ya kalau berbuat baik ya berbuat saja, sedekah ya sedekah saja, jangan di embel-embeli dengan rumus ala ekonomi kapitalis. Yang bisa mengurangi niat dan ketulusan kita.Seperti saat bekerja ya bekerja saja jangan memikirkan untung rugi. Berbicara itu ketika negoisasi awal saja. Selebihnya adalah pelayanan yang baik untuk semua.
MATAHARI UNTUKMU
Ini pertama kalinya saya mosting lagu, lagu ini dulu saya ciptakan untuk seseorang yang spesial. Di lagu ini saya juga baru belajar merekam dan mixing. merekamnya pun dengan alat dan ruangan seadanya, jadi rada jelek rekamannya. Bukan rada lagi sih emang jelek haha :v .
Dan pabila hujan
datang menghampiri dirimu
kan kupeluk hangat tubuhmu
mneduhkan mu hapuskan sedihmu
Bridge :
Reff :
tumbuhlah kau tumbuh
kembangkan senyummu
bersama denganku
merajut bahagia
kepakan sayapmu
terbang bersamaku
temukan dunia
penuh dengan kebahagian
LYRIC LAGU
Di saat mendung hadir
di langit mu
kan ku bawa matahari
untuk cerahkan hari mu
di langit mu
kan ku bawa matahari
untuk cerahkan hari mu
Dan pabila hujan
datang menghampiri dirimu
kan kupeluk hangat tubuhmu
mneduhkan mu hapuskan sedihmu
Bridge :
Untuk luka yang telah berlalu
atau perih yang masih tersisa
izinkan aku tuk menyembuhkannya
menyayangimu mencintaimu untuk selamanya
atau perih yang masih tersisa
izinkan aku tuk menyembuhkannya
menyayangimu mencintaimu untuk selamanya
Reff :
tumbuhlah kau tumbuh
kembangkan senyummu
bersama denganku
merajut bahagia
kepakan sayapmu
terbang bersamaku
temukan dunia
penuh dengan kebahagian