Laman

Entri Populer

Unknown On Rabu, 19 Juni 2013

"Di bawah langit berbintang
kita bertanya tentang kesederhanaan 
tanpa sadar kitalah kesederhanaan itu"
puncak merbabu dilihat dari sabana
Merbabu berasal dari bahasa sansekerta meru dan babu. Meru yang berarti gunung dan babu  yang berarti wanita. Entah kenapa masyarakat zaman dulu menamakannya seperti itu. Tetapi gunung ini lah yang akan menjadi cerita saya selanjutnya. Perjalanan yang berkesan. Penuh kesederhanaan , kenangan dan sempurna.

Sms Maut...
Jam menunjukan pukul 23.00 WIB. Kesibukan masih tergambar di sebuah rumah di jalan gebang lor no 15 surabayaKoordinasi komisariat HMI sepuluh nopember surabaya ini masih terlihat sibuk. Tetapi itu bukan karena sedang ada rapat ataupun acara besar. Ini dikarenakan karena ada beberapa manusia-manusia penghuninya mondar-mandir mempersiapkan sesuatu. Benar, manusia-manusia itu adalah saya, Wildan (tebo), Dimas (jarjit) dan yadi. Kami sedang sibuk  mempersiapkan semua keperluan untuk mendaki. Kami akan mendaki gunung merbabu.

twitt... twitt... ciri khas suara hp ketika sms masuk. Sejenak Wildan melihat hp, ternyata suara tadi berasal dari hpnya. Tak berapa lama dia berbicara dengan saya tentang Sms yang dia dapatkan. Sms yang ternyata dari Ridhwan (gibal )  itu berisi "bo tunggu jangan di tinggal, Ada yang mau gw omongin . Waktu saya tahu isi sms itu, saya sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Ridhwan ini. "Dia pasti mau ikut"... pikir saya.

Apa yang saya pikirkan ternyata tidak salah. Tak berapa lama Sms dari Ridhwan terkirim kembali ke hp wildan. Sms itu berisi "bo gimana kalau gw, beji dan danar ikutan naik". Jeng... jeng... sambil tersenyum saya menjawab " sudah gw duga itu"

Pada akhirnya rombongan ini bertambah tiga orang. Jadi total nya ada tujuh orang yang akan berangkat. Selain saya , Wildan, Jarjit dan Yadi tadi. Ridhwan, beji dan Danar akhirnya melengkapi kami. 

Menuju Selo (Insiden Yadi )
Foto terakhir bersama yadi
Ada beberapa Jalur yang biasanya dilalui untuk mendaki gunung merbabu. Jalur Wekas, thekelan, cunthel dan selo. Dari pilihan-pilihan tadi kami memilih jalur selo untuk kami lewati. Alasannya utamanya karena akses kesana lebih mudah daripada jalur lainnya. 

Selo adalah sebuah desa di daerah boyolali jawa tengah. Jika dari surabaya harus 3 kali naik bus untuk sampai tujuan. Bus pertama adalah bus jurusan Surabaya - Yogyakarta, untuk kemudian turun di Kartasura. Dari Kartasura di lanjutkan menggunakan bis kecil menuju pertigaan boyolali. Terakhir barulah perjalanan dilanjutkan dari pertigaan boyolali ke selo menggunakan bis kecil juga. 

Dengan cara yang sama kami berangkat ke selo. Tepat pukul 04.00 WIB kami berangkat dari surabaya. Tak banyak yang bisa diceritakan dari perjalanan ini. Namun ada sedikit insiden kecil tetapi besar buat yadi. Dirinya harus kembali ke surabaya, di saat kami sudah menginjakan kaki di selo. Ya dia harus kembali karena sesuatu urusan yang tak bisa ditinggal. Sebenarnya kami sudah melobi pihak yang memegang urusan yadi ini, tetapi mereka tidak mau tahu dan tetap meminta yadi untuk kembali. Jadilah yadi kembali ke surabaya dan kami meneruskan perjalanan tanpa dia :( .

Pertemuan Tak terduga
Tak pernah ada yang namanya kebetulan, semuanya sudah direncanakan. Begitu pula dengan pertemuan kami dengan kelurga baru kami. Memang pertemuan yang tak terduga tapi seperti sudah direncanakan oleh Sang pemilik Langit dan bumi. Begitu banyak hikmah yang bisa saya ambil dari pertemuan ini. 

Waktu itu kami sedang menyantap makanan dipos pendakian yang sebelumnya kami beli di pertigaan boyolali. Berjalan dari tempat kami turun dari bis sampai di pos pendakian ternyata membuat kami kelaparan. Jalan yang naik-turun sepanjang 4 km, menyebabkan perut kami cepat kosongnya. Di saat itulah kami bertemu dengan keluarga baru kami. 

Keluarga baru kami terdiri dari 6 orang lelaki dan satu orang perempuan. Mereka datang dengan menggunakan sepeda motor. Berbeda dengan kami yang berjalan kaki. Setelah berkenalan, kami mengetahui mereka bernama Mbah sarap, Ryan (kami memanggilnya mbahdala), martha, frangky, Daus, febri dan seorang wanita bernama Shiddath. Terjalinlah keakraban antara kami dan mereka.

Pendakian Malam 
Setelah dirundingkan akhirnya kami akan melakukan pendakian sehabis shalat isya bersama dengan keluarga baru kami. Ini untuk kesekian kalinya saya mendaki pada waktu malam. Walau sebenarnya saya agak malas kalau mendaki malam. Karena saya tidak bisa melihat apa-apa, satu-satunya keuntungan kalau mendaki malam adalah perjalanan terasa dekat. 

Tepat pukul delapan malam kami bersama-sama dengan keluarga baru kami berangkat mendaki. Pendakian ini diisi dengan suara lonceng yang berbunyi dari tas carrier mbah sarap yang memang dipasangi lonceng. Juga cerita-cerita dari ryan alias mbadala dengan logat ngapaknya yang lucu. Dari mbadala pulahlah kami mendapatkan kosa kata baru kemekelan, yang berarti tertawa terbahak- bahak. Tetapi diplesetkan oleh kami dengan pegal-pegal.

Pendakian ini yang pertama untuk Beji dan Danar, sesekali nampak wajah kecapean dari mereka. Khusus untuk Danar dia mendapatkan keistimewaan. Sepanjang perjalanan dirinya diasuh oleh mba' shiddath. Dalam artian di tunjukan jalan mana yang harus dilalui. 

Mungkin karena gelap yang begitu pekat dan kurangnya pencahayaan. Terjadi Insiden kecil, Gibal terperosok ke dalam lubang. Lubangnya lumayan dalam hampir seluruh badannya tenggelam. Hanya menyisakan kepala dan tangannya yang memegang jalan. Saya yang tepat di belakangnya dan mbah sarap membantunya untuk keluar dari dalam lubang. Setelah itu perjalanan dilanjutkan. 

Merapi di waktu malam
Empat jam kami menelusup rongga-rongga malam, kami tiba pada tanjakan yang curam, berdebu dan berbatu. Saya menyebutnya tanjakan setan. Tanjakan ini benar-benar menguras tenaga. Tubuh harus merayap jika ingin terus melangkah. Debu yang sesekali membuat mata kelilipan, juga membuat langkah kami terhambat. Tetapi semangat yang sepertinya selalu hadir membuat kami mampu melewati tanjakan ini.

Setelah susah payah dan semua peluh sudah terkuras habis. Akhirnya kami tiba di ujung tanjakan ini. Di ujung tanjakan ini tedapat sabana yang terhampar dengan latar belakang puncak merbabu yang gagah. Kelap-kelip lampu perkotaan diwaktu malam pun terlihat dari sini, seirama dengan taburan bintang-bintang di atasnya. Terbayar sudah lelah kami tadi.

Di sabana ini lah kami mendirikan tenda untuk beristirahat. Ada kebodohan ketika kami akan mendirikan tenda. Satu tenda kami tidak terbawa covernya. Karena kami hanya membawa dua tenda, jadilah  satu tenda saja yang kami pakai untuk tidur dan tenda yang tidak ada covernya  untuk menaruh barang-barang. Walaupun nanti akhirnya kami tidur himpit-himpitan.

Segera setelah tenda berdiri. Saya langsung masuk, membuka sleeping bag lalu tidur, teman-teman yang lainnya pun  mengikuti. Keluarga kami pun sepertinya sudah selesai mendirikan tenda dan mulai menikmati mimpinya masing-masing. Kecuali mungkin Wildan dia tertidur di luar tenda.

Pagi di Merbabu
Sunrise dan G.lawu
Pagi menyapa bumi merbabu. Matahari mencuat dari balik gunung lawu di ufuk timur. Bersamaan dengan itu, saya terbangun dari tidur yang cukup membuat badan saya pegal-pegal karena sempitnya ruang tidur saya. Sejenak saya kumpulkan "nyawa" saya. Melihat sekeliling , teman-teman saya masih terlelap. Kacau sekali terlihatnya, kaki-kaki tersesat di kepala, badan yang saling tumpang tindih satu sama lain, pantas saja badan saya menjadi remuk.

Saya keluar tenda, meniatkan diri untuk shalat shubuh. Di luar tenda ternyata cukup ramai. Orang-orang sudah berkumpul untuk melihat sunrise, saya lihat Wildan juga ada diantara orang-orang itu. Pemandangan pagi di merbabu ini memang indah. Gunung merapi berdiri gagah di selatan merbabu, gunung lawu di timur nya, sindoro-sumbing berdampingan di sisi barat dari kejauhan juga terlihat gunung slamet. Serasa berdiri diantara para raksasa. Saya pun takzim dalam shalat saya.

Puncak Merbabu 
Pukul 09.00 tepat kami berangkat menuju puncak. Sebelumnya kami berdoa terlebih dahulu dan sedikit meneriakan yel-yel. "tim keong, yee " begitulah yel-yel kami hehehe.

Perjalanan dari sabana tempat kami ngecamp sampai puncak, membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jalan yang di lalui tidaklah terlalu berat menurut saya. Sebelum sampai puncak merbabu kami  melalui hamparan sabana lagi, melipir pinggiran bukit dan Tanjakan yang cukup panjang sampai puncak. Puncak merbabu ada tiga. Yang pertama puncak triangulasi, puncak ketheng songo dan puncak syarif, dengan puncak tertingginya ada di triangulasi.

Singkat cerita setelah 2 jam tertatih-tatih berjalan akhirnya kami tiba di puncak merbabu,puncak triangulasi tepatnya. Saya mencapai puncak terlebih dahulu daripada teman-teman lainnya. Setelah secara berurutan wildan, gibal, jarjit , beji dan danar.  Ada kejadian yang unik saat beji mencapai puncak pertamanya. Semua orang yang ada di puncak sekitar 20 orangan, bertepuk tangan untuk dia. Tepuk tangan untuk beji... (plok...plok...plok )

Di puncak ada hal yang membuat kami tak bisa menampakan wajah lelah. Gadis kecil umur 5 tahun, yang tetap riang berlari-lari penuh energi, lah penyebabnya. "anak kecil aja kuat masa kita nggak"... itu isi pikiran kami saat itu.

Dari kejauhan, terlihat keluarga kami berada di puncak lain gunung merbabu. Mereka memang terlebih dahulu berangkat ke puncaknya daripada kami. Tak lama mereka di puncak. Selang beberapa lama mereka turun dan kami pun beranjak ke puncak ketheng songo.

Di ketheng songo ini kami bertemu 2 bule wanita asal cekoslowakia. Sepintas kami berkenalan, mengobrol sebentar dan berfoto bersama. Dari sana kami tahu ternyata mereka sudah 8 bulan menetap di semarang.
Gadis kecil yang tangguh


Merapi dilihat dari puncak merbabu


Foto bareng bule di puncak
foto keluarga
di balik awan

Di suatu malam...
Api unggun bergemeletak memecah dingin gunung diwaktu malam. Terlihat disekililingnya manusia-manusia berkumpul untuk mencari kehangatan yang diberikannya. Kehangatan cepat menjalar diantara mereka, tetapi bukan karena api yang menghangatkannya. Namun kebersamaan lah yang memberikan kehangatan itu.

Di antara api unggun
"apa itu sederhana ?"... Salah satu yang paling tua diantara mereka tiba-tiba nyeletuk. Diskusi pun berjalan, bermacam-macam jawaban keluar dari mulut mereka. Tanpa tahu bahwa merekalah kesederhanaan itu.

"apa yang dimaksud kenangan?, haruskah dihapus?"... pertanyaan kembali terlontar... Kembali obrolan hangat terjadi. Menghasilkan kesimpulan kenangan adalah bagian dari sejarah manusia, sampai kapanpun meskipun manusia mencoba untuk melupakannya. Kenangan akan kembali teringat.

Malam itu di merbabu, sungguh menjadi suatu malam yang penuh kenangan, penuh kesederhanaan. Malam yang terbalut oleh hangatnya persaudaraan, persahabatan dan kebersamaan. "Akankah saya temui malam seperti ini lagi di tempat lain?" Saya bertanya di dalam hati.

Perjalanan pulang
Diatas pick up
Pukul 16.00 WIB keesokan harinya. Kami sudah turun berada di tempat terakhir kali kami bersama yadi. Saat itu kami bersama dengan mbadalah, menunggu bis yang akan membawa kami ke terminal boyolali. Menit-menit berlalu, bus yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya kami berembuk dan sepakat,untuk menumpang pick up yang akan turun ke bawah. Setelah itu Kami memberhentikan sebuah pick up untuk ditumpangi. Mbadalah dengan keahlianya, bernegoisasi dengan sang supir. Akhirnya didapati kesepakatan kami serombongan bayar Rp. 40.000,00 untuk bisa diantarkan sampai terminal boyolali. Pick up pun melaju membawa kami menuju tempat tujuan. Semakin lengkaplah perjalanan ini.

Pengalaman mendaki gunung merbabu adalah pengalaman yang tak terlupakan. Begitu banyak kenangan yang terjadi disana. Sambil menikmati angin semilir yang berhembus karena laju pick up. Saya berkata dalam hati " terima kasih kesederhanaan".

"sederhana itu adalah kalian
kenangan itu adalah saat bersama kalian
kesempurnaan adalah saat aku dilengkapi kalian"




2 Responses so far.

  1. Setiap perjalanan selalu bertemu dan mendapatkan hal-hal baru, keluarga, persahabatan, pengalaman, ilmu dan hikmah, semuanya akan jadi cerita, dan kenangan.

    anw, for me.. Merbabu has been one of my great journeys, because its my first time to be the only girl in a team. :)

    ayo kita ke mana :)

  2. Unknown says:

    ayo mb'a kita ke argopuro