Laman

Entri Populer

Archive for 2013

Puisi Kau bertanya

Kamis, 08 Agustus 2013
Posted by Unknown

Kau bertanya pada ku tentang tuhan
aku jawab lihatlah bintang-gemintang pada malam-malam yang gelap
resapilah warna kesedihan kala langit membunuh matahari dibatas cakrawala
Niscaya kau akan temukan tuhan diakhir semua itu
juga di akal kita yang lemah

Kau bertanya padaku tentang surga dan neraka
aku jawab aku hanya meyakininya itu saja
bahkan aku tidak peduli apakah aku akan hidup dalam kesenangan abadi yang dijanjikan surga
ataukah harus terbakar luluh hancur selamanya dalam membaranya neraka
yang aku pedulikan hanyalah kasih sayang tuhan
jadikan aku bersyukur

Kau bertanya padaku tentang takdir
ku  jawab yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya
tetapi mungkin takdir itu
seperti cinta yang bersemi
datang tiba-tiba tak terduga , tak ada yang tahu
seperti pula cinta yang patah
begitu pilu, perih dan sakit
tapi hidup terus berjalan

Kau bertanya padaku bisakah kau membuktikan
aku jawab aku tidak bisa membuktikan apapun padamu
Ini bukan lagi soal pembuktian
Tapi tentang pemahamanmu akan alam
tentang pemahamanmu akan kehidupan
jika kau tidak menemukan tuhan disela pemahamanmu
maka kembalikan lagi pada diri kita
yang memang tidak bisa memahami segalanya

Kau bertanya padaku tanpa bukti bukankah itu hanya asumsi dan omongkosong

aku jawab ya anggaplah itu bagimu sebuah asumsi dan omongkosong
tetapi setidaknya itu sebuah asumsi yang indah
sebuah omongkosong yang baik

Pada akhirnya aku berkata

hei teman kau dan aku memang berbeda
tapi bukan berarti kau bukan temanku dan aku bukan temanmu
Setidaknya  kita berpijak pada bumi yang sama
berteduh dibawah langit yang sama
kita satu
satu tak berati harus sama
satu bisa juga berarti berbeda

Kesepian

Sabtu, 20 Juli 2013
Posted by Unknown
Pernakah kau rasakan kesepian yang amat sangat ??...
kau rasakan itu hingga hati mu berteriak "AKU TAK INGIN TERBANGUN SENDIRI".
merintih perlahan dirimu, mencoba menerka dan memahami arti kesendirian itu.
Engkau terhenyak, menyadari bahwa kini hanya tuhanmu yang tersisa untuk mu
kau coba menghadirkan-Nya di hatimu, sekedar untuk bisa berdialog
Padanya kau berbicara :

tuhan janganlah kau tinggalkan diriku
setelah tawa yang menguap entah kemana
setelah cinta yang terhempas tak tertolong
setelah jiwa yang terlepas tak tahu arah
setelah dunia yang meninggalkan aku 

tolong Tuhan , kini hanya engkau yang tersisa
jangan sampai dirimu juga meninggalkan aku
tolong, Aku tak ingin terbangun sendiri
Aku tak ingin terjaga tanpa- MU

kau batinkan dialog mu itu dengan syahdu , dalam sujudmu
kini kau baru memahami, hakikat kesendirian dan kesunyian

Tertinggal

Kamis, 04 Juli 2013
Posted by Unknown
Perlahan mulai menghilang
waktu yang bergerak maju
kereta yang semakin menjauh
dan warna yang mulai memudar

Stasiun ini semakin sepi
menyisakan aku seorang diri
menunggu di dalam mimpi
menunggu yang akan datang

Negeri para bedebah

Satu hal yang pasti disini
para domba-domba yang terlepas
berkeliaran, tanpa takut akan serigala
karena mereka pun bertaring

keheningan malam
tak pernah menjadi tentram
tiap sudut timbulkan keresahan
dan ketakutan
domba pun berubah menjadi pemangsa

Negeri ini memang sudah menjadi bedebah
tempat berkumpulnya para bedebah
domba-domba yang bedebah

Sepi

Aku bercerita pada kesunyian
aku tersenyum pada kehampaan
lantas bertanya pada malam
kemankah perginya semua orang ??

Bahasa apakah yang harus aku sampaikan?
pada hidup...
agar aku tak sepi..
agar aku tak sendiri..
agar mereka kembali...

Belajar bersyukur di alam argopuro

"Diujung lelah aku masih berharap Masih ada jalan untuk kembali pulang"



Pagi menyapa bumi baderan. Tujuh pemuda lusuh sedang makan di sebuah warung di salah satu sudut desa baderan. Mereka baru saja melakukan perjalanan selama 6 jam dari surabaya sampai desa baderan-situ bondo . Bukan tanpa sebab mereka bisa berada di desa terpencil ini. Sebentar lagi mereka akan melakukan pendakian gunung argopuro. Gunung yang memiliki ketinggian 3088 m dan terletak di kabupaten probolinngo juga kabupaten situbondo. Ketujuh pemuda itu adalah saya (Miko), Tebo, Dion, Jarjit, Alfian, Farid dan Holis.

Sebelum mendaki kami harus mengurus perizinan dahulu di pos pendakian. Letak pos pendakian dari warung tempat kami makan tidaklah jauh, kurang lebih sekitar 10 meter. Di pos pendakian kami hanya menjumpai seorang petugas yang berjaga.Tak disangka kami ditartar oleh petugas itu. Terlebih dion yang tidak membawa KTP. Ada sekitar 2 - 3 jam kami ditartar, diselingi cerita pengalamanya menjadi petugas kehutanan. Oh iya sekadar informasi, Argopuro adalah suaka marga satwa dengan luas 14.177 Ha. Makanya untuk memasuki kawasan ini, Para pelancong harus membawa SIMAKSI. Sialnya ketika itu kami tidak membawa SIMAKSI. Tetapi petugas tetap mengizinkan kami mendaki walaupun Ilegal hahaha.
Foto di depan pos pendakian


Bertemu Macan 

Perjalanan kami dimulai pada pukul 12.00 WIB. Tujuan kami yang pertama adalah pos mata air 1. Dari referensi yang saya baca butuh 3 jam perjalanan untuk mencapai pos mata air 1 dari pos pendakian. Jadi saya perkirakan kami akan sampai pos mata air 1 pada pukul 15.00 WIB. Tapi kenyataanya berbicara lain kami baru sampai sekitar pukul 19.00 WIB.

Pos mata air 1
Jalan menuju pos mata air satu sebenarnya bisa dikatakan landai. Tetapi hujan yang mengguyur, memperlambat langkah kami. Sesekali kami terjatuh karena memang jalanan bertanah menjadi licin saat hujan. Sandal gunung saya pun menjadi korban. Sandal saya terpaksa harus mengakhiri masa baktinya di gunung argopuro. Saya pun meminjam sandal jepit Tebo untuk melanjutkan perjalanan.

Di perjalanan pos mata air satu ini pulalah, sang putra daerah komandan kami Mifta nur farid sudah berjalan sempoyongan. Akhirnya diputuskan agar Farid dan Holis bertukar tas, karena kebetulan tas yang dibawa Holis hanyalah tas day pack bukan tas carrier seperti yang dibawa Farid. Saat itu malam sudah menampakan wajahnya.

Hampir 7 jam lebih kami berjalan di kedalaman Rimba. Setelah akhirnya kami sampai di pos mata air 1. Kami bergegas mendirikan tenda. Tebo dan dion mengambil air yang letaknya ternyata cukup jauh dari tenda. Jalan menuju mata air pun ternyata terjal. Sebenarnya saya ketika itu ingin menyarankan lebih baik tidak usah mengambil air , besok pagi saja. Tetapi mereka sudah keburu pergi mengambil air.

Setelah tenda berdiri, tebo dan dion juga sudah kembali dari mengambil air. Jarjit segera memasaak masakan untuk kami. Makanan saat itu adalah nasi dengan sarden dan sosis sebagai lauknya. Kecuali tebo dia memasak mie karena dia tidak menyukai nasi. Secangkir jahe hangat juga tersaji sebagai penghangat badan.

Selesai menyantap makanan. Saya bergegas masuk tenda untuk tidur. Sedangkan teman-teman lainnya masih asyik berbicara di luar tenda. Saat itu memang kantuk sangat menyerang saya. Mungkin karena ketika di bis dari surabaya sampai situbondo, saya sama sekali tidak bisa tertidur.

Suasana sudah hening saat itu. Hanya sesekali terdengar bunyi-bunyi serangga malam bersahutan. Saya pun sudah tertidur pulas . Tiba-tiba suara orang panik masuk ke tenda, membangunkan saya. "gw takut dia bawa temen-temennya"... sebuah suara terdengar oleh saya. Yang ternyata adalah suara jarjit. " ada apaan jit ?"... dengan berbisik saya bertanya. "ada macan"... jarjit membalas dengan berbisik pula. Deg.. jantung saya berdegup lebih kencang, napas saya menjadi memburu, dalam kepanikan saya mencoba untuk tetap tenang. Sambil sesekali mengucapkan asma-Nya dalam hati. Dion dan jarjit pun tak jauh beda dari saya. Terlebih-lebih dion yang melihatnya langsung. Dia menggambarkan macan dengan mata besar kuning menyala dan berbulu hitam. Dalam kepanikan seperti itu saya mencoba untuk tertidur, terlelap melewati malam mencekam.

Membuat masakan di pagi hari setelah malam mencekam

Jalan menuju mata air

Foto di pos sebelum melanjutkan perjalanan
 

Dari Sabana,bukit teletubbies sampai landasan pesawat

Pagi menjelang, menghapus ketakutan yang dihadirkan malam tadi. Saya rasakan remang cahaya matahari memasuki tenda. Sejenak saya memperhatikan sekitar, teman-teman saya masih tertidur pulas.  Saya bergegas keluar tenda untuk buang air kecil yang sudah hampir 4 jam saya tahan. Tadi malam saya tidak berani keluar tenda, karena khawatir sang macan masih berkeliaran diluar. Alhasil saya menahan diri untuk buang air kecil.

Perlahan tapi pasti matahari mulai meninggi. Teman-teman saya satu persatu mulai terbangun. Jarjit seperti biasa menyiapkan makanan untuk kami. Menu sarapan kami adalah nasi dengan lauk tempe dan sosiz. Kecuali Tebo seperti biasa dia makan mie. Sejenak pagi itu menyegarkan pikiran kami setelah semalaman ketakutan.

Perut sudah terisi, logistik sudah di packing kembali dan pikiran pun sudah segar kembali. Kami segera harus melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah cikasur. Butuh waktu lima jam bagi kami untuk sampai sana. Kami berangkat dari pos mata air satu pukul 11.30 WIB dan sampai di cikasur pukul 16.30 WIB.

Perjalanan dari pos mata air satu sampai cikasur pun dihiasi dengan rintik-rintik air hujan. Berulang kali saya harus jatuh bangun karena jalan yang licin. Terlebih saya memakai sandal jepit. Pada akhirnya sandal jepit ini pun menjadi korban setelah sandal gunung saya. Terpaksa saya harus melanjutkan perjalanan tanpa alas kaki.

Untuk mencapai Cikasur kami harus melewati beberapa pos terlebih dahulu. Yaitu pos mata air 2 ,sabana kecil, sabana besar baru kemudian Cikasur. Medan yang ditempuh dari pos mata air 1 sampai mata air 2 cukup berat, apalagi jika sebelumnya hujan. Jalananan akan menjadi licin. Untuk mencapai mata air 2 kami harus melalui tanjakan dan turunan yang terjal berkali-kali. Jalanan akan menjadi landai datar ketika sudah mencapai sabana kecil. Begitu seterusnya sampai Cikasur.

Kondisi alam sabana kecil dan sabana besar tidak lah jauh berbeda. Keduanya sama-sama sebuah padang rumput yang kering menguning dengan kontur tanah yang tidak merata. Mungkin kalau kalian pernah melihat video clip letto yang berjudul sebelum cahaya, persis seperti itulah kondisi sabananya. Di sabana kecil kami sempat istirahat sejenak untuk membuat energen dan kopi.

Jam 16.30 WIB kami sudah sampai di cikasur. Di cikasur terdapat sebuah pos yang bisa didirikan dua tenda di dalamnya. Terdapat pula sungai yang mengalir beberapa meter dibawahnya. Di sungai ini pula kami mengambil air dan selada air sebelum mendirikan tenda.

Pagi di cikasur
Konon menurut cerita di Cikasur adalah bekas landasan pesawat tentara jepang. Memang di tengah luasnya padang sabana cikasur. Telihat pondasi landasan-landasan pesawat. Di dekat tempat kami mendirikan tenda pun terdapat puing-puing barrak tentara jepang. Lembayung senja di cikasur seakan membiaskan sejarah masa lalu itu.

Malam tiba, bintang-bintang satu-persatu mulai bermunculan. Tebo, dion dan alfian masih sibuk mencari kayu kering untuk dijadikan api unggun. Jarjit seperti biasa menyiapkan makanan untuk kami. Saya, holis dan farid mengatur barang di dalam tenda. Suara kucing-kucing hutan yang bersahut-sahutan dari segala penjuru menemani aktivitas kami saat itu. Sesaat kami terdiam agar tidak menarik perhatian mereka. Mungkin kami masih trauma atas kejadian di pos mata air satu. Yang kami takutkan suara tadi bukan suara kucing hutan tetapi suara macan yang sedang berkomunikasi satu sama lain.

Malam di cikasur selain ditemani suara-suara hewan, kami juga di hangatkan dengan api unggun yang dengan susah payah kami nyalakan. Di sekitar api unggun ini lah kami saling mencurahkan hati. Kecuali saya, yang memang tidak mempunyai sesuatu yang bisa di curahkan. Saya hanya menjadi pendengar yang baik di situ... hehehe.

Di perjalanan menuju sabana
Setelah puas menghangatkan diri. Kami bergegas masuk tenda untuk istirahat. Suatu saat saya terbangun dari tidur saya. Saya tidak tahu jam berapa saat itu. Yang jelas malam masih sangat pekat. Dari dalam tenda saya mendengar suara langkah kaki memakai sandal jepit mengelilingi tenda. Awalnya saya fikir itu adalah suara langkah salah satu dari teman saya yang istirahat di tenda yang berlainan dengan saya. Tetapi saya menunggu beberapa lama, suara langkah itu masih saja ada tidak kunjung menghilang. Sebenarnya saya sama sekali tidak takut. Tetapi suara itu cukup membuat saya tidak bisa tertidur kembali. Akhirnya saya mengambil headset dan mendengarkan musik dari hp saya agar bisa tertidur.

Pagi yang saya tunggu pun akhirnya tiba. Saya, jarjit, farid dan holis  berkeliling cikasur untuk sekedar melihat-lihat. Sedangkan Dion, wildan dan alfian mencuci perlatan masak dan makan di sungai. Pagi di cikasur begitu indah. Hamparan padang rumput yang luas, landasan-landasan pesawat,bukit-bukit yang menjulang sesekali juga terdengar suara burung-burung merak. Ada satu bukit yang menarik perhatian kami. Bukit itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Bukit yang mirip dengan rumah para teletubies. Disana kami sempat berfoto sejenak. Untuk mengabadikan pemandangan itu.


Sabana kecil

Plang Sabana kecil

Beristirahat sejenak di sabana kecil

Sabana Besar

Melepas lelah di sabana besar

Pos di cikasur

Hamparan rumput

Pagi yang indah

Pertunjukan warna

Landasan pesawat dan bukit teletubbies




Rawa embik

Dari cikasur perjalanan dilanjutkan menuju rawa embik. Dalam perjalanan ini kami hampir saja nyasar. Ceritanya kami sok ide melewati jalur yang melewati bukit teletubies. Padahal seharusnya jalur yang dilewati adalah jalur yang menanjak bukit yang dekat dengan pos kami mendirikan tenda. Untungnya kami tidak tersesat terlalu jauh. Ada kurang lebih satu jam kami berjalan, kami menemui seorang bapak-bapak sedang membopong sesuatu di pundaknya. Kami putuskan untuk bertanya pada bapak-bapak itu untuk memastikan jalan yang kami lalui adalah benar. Pada mulanya kami bertanya dengan bahasa indonesia. Akan tetapi nampaknya bapak tersebut tidak mengerti bahasa indonesia. Akhirnya kami meminta holis untuk bertanya dengan menggunakan bahasa madura. Karena memang bahasa yang biasa dipakai oleh masyarakat probolinggo dan situbondo adalah bahasa madura. Dari jawaban sang bapak kami akhirnya menyadari jalur yang kami lewati ternyata salah. Jalur ini tidak membawa kami ke cisentor tetapi ke Aing ngakal (saya kurang tahu bagaimana cara menulisnya tetapi yang jelas artinya adalah air panas).Oh iya cisentor adalah pos antara cikasur dan rawa embik. Disini pula tempat pertemuan jalur pendakian, bremi, baderan dan jember.

Jalan dari cikasur ke cisentor tidaklah berat, bisa dikatakan landai. Medannya lebih banyak padang lavender yang menghiasi. Namun berhati-hatilah ketika sudah hampir sampai ke cisentor. Sebelum mencapainya kami harus terlebih dahulu melipir bukit. Di jalur melipir bukit inilah kami harus menikmati duri-duri dari pohon jancukan.  Jancukan akan membuat kulit kalian gatal bercampur sakit dan panas. Di jalur ini jancukan memang sudah tidak bisa dihindari. Karena dari kiri, kanan bahkan dijalan tempat kaki menapak, semua tertutup oleh jancukan. Alhasil tidak ada satupun dari kami yang luput dari duri-duri jancukan.

Dua jam setengah waktu yang diperlukan kami untuk sampai ke cisentor, itu tidak dihitung sama nyasarnya. Di cisentor kami sempatkan dahulu untuk mengisi air sebelum meneruskan perjalanan. Saat kami tiba di cisentor ada sekitar empat tenda yang terpasang. Sepertinya tenda-tenda itu milik anak-anak SMA bandung (saya agak lupa antara 9 bandung atau 11 bandung). Di cisentor juga terdapat pos seperti di cikasur.

Setelah air sudah terisi dan basa-basi sebentar dengan anak-anak itu. Kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju rawa embik. Saat itu waktu menunjukan pukul 15.00 WIB. Perjalanan menuju rawa embik tidaklah seperti sebelumnya. Jika sebelumnya lebih banyak jalan datar. Kali ini jalan menanjak yang lebih dominan. Sesekali diselingi padang rumput kering. Kami juga menjumpai banyak pohon edelweis disini. Sayang bunganya masih kuncup belum begitu mekar.

Setelah satu setengah jam kami berjalan. Akhirnya kami tiba di rawa embik. Rawa embik adalah sebuah lembah . Di rawa embik terdapat padang rumput kering. Mengalir pula sungai kecil. Di sungai kecil ini lah kami mendapatkan air. Untuk kebutuhan memasak dan minum kami selama di rawa embik.

Udara di rawa embik sangat dingin menusuk. Disini lah titik terdingin gunung argopuro. Mungkin saya perkirakan, temperatur paling rendahnya bisa sampai 3-5 derajat celcius. Ditambah juga angin lembah yang berhembus pelan. Menambah dingin rawa embik. Saya sendiri langsung mendekam di dalam tenda berselimutkan sleepingbag. Sedangkan lainnya berada di luar tenda. Menghangatkan diri dengan api unggun.

Menahan dingin di rawa embik

Rawa embik
Rumput Jancukan

Berpose di jalur aing ngakal

Padang lavender

Menuruni bukit menuju cisentor

Sungai cisentor

Papan nama rawa embik

Papan nama Cisentor

pos cisentor

Puncak Dewi rengganis dan argopuro

Pagi harinya sekitar pukul 07.00 WIB. Saya, jarjit, Dion, Alfian, Tebo dan Holis meneruskan perjalanan ke puncak. Komandan kami Farid tidak meneruskan perjalanan. Dia memutuskan untuk menjaga tenda. Kebetulan juga sebelumnya dia sudah pernah mencapai puncaknya.

Akhirnya perjalanan diteruskan dengan dipimpin saya. Perjalanan ke puncak tidaklah begitu berat. Awalnya jalannya datar lalu perlahan-lahan mulai menanjak. Sesekali kami juga harus melewati beberapa pohon tumbang juga akar-akarnya. Perjalanan akan semakin dekat saat kita sudah sampai di sebuah padang edelweiss. Di padang ini lah terdapat pertigaan. Jika belok ke kiri akan sampai ke puncak rengganis dan jika belok kanan akan sampai puncak argopuro. Dari padang ini puncak argopuro sudah bisa terlihat.

Atas saran dari komandan kami sebelumnya. Kami mendaki puncak rengganis terlebih dahulu sebelum akhirnya ke puncak argopuro. Perjalanan menuju puncak rengganis dari pertigaan, hanya membutuhkan waktu 30 menit. Jalan menuju ke sana pun tidaklah begitu berat. walaupun tetap menanjak namun tak begitu curam.

Di puncak rengganis kami bisa melihat gunung raung, gunung agung, selat madura juga kota-kota di sekitarnya. Di puncak rengganis terlihat sisa-sisa kawah. Bau belerang pun masih sedikit tercium disini. Kami pun berfoto-foto ria disini.

Setelah puas berada di puncak sang dewi rengganis. Kami meneruskan perjalanan menuju puncak argopuro. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai puncak argopuro dari puncak rengganis, cukup 45 menit. Namun memang butuh perjuangan ekstra untuk mencapai puncaknya. Jalanannya lebih terjal dan menanjak daripada jalanan menuju puncak rengganis. Kami sampai berhenti beberapa kali untuk beristirahat.

Sampai di puncak argopuro. Kami masing-masing menyusun batu untuk menulis nama orang yang kami cintai. Tidak perlu saya menyebutkan siapa-siapanya karena itu bukan untuk konsumsi publik hehehe. Puncak argopuro tidak seperti puncak rengganis yang lapang dan terbuka. Puncak argopuro adalah puncak yang sempit dan tertutup. Tertutup karena disekitarnya masih terdapat pohon-pohon di sekitarnya. Di puncak argopuro juga terdapat sebuah susunan batu tempat orang-orang memberikan sesajen.

Gunung agung di kejauhan dari puncak rengganis

Puncak rengganis

Papan nama puncak argopuro

Padang pertigaan antara rengganis dan argopuro
Just for my mom

Hmi dan teknik fisika

Perjalanan turun

Perjalanan turun tidak sama dengan jalan kami mendaki. Jika jalan mendaki kami melalui baderan, jalan turun kami lalui lewat bremi. Ini menyisakan kesan bagi kami. Awalnya perjalanan berjalan lancar-lancar saja dari rawa embik ke cisentor, dari cisentor ke aing keni. Tak ada satu pun kendala yang berarti. Masalah terjadi ketika perjalanan akan diteruskan dari aing keni menuju danau taman hidup. Kami menemukan jalan bercabang, namun anehnya tidak ada satupun dari jalan tersebut yang memiliki kelanjutan alias buntu. Berputar-putar kami mencari tanda. Dalam pencarian jalan tersebut saya menemukan kotoran macan. Kotoran nya persis seperti kotoran kucing namun lebih besar. Jarjit pun menemukan jejak macan. Namun saya tetap berusaha untuk tetap tenang, tak mengabarkan hal ini kepada teman-teman. Takut mereka menjadi panik.

Pada akhirnya kami menemukan tanda. Namun yang membuat kami sedikit ragu menelusuri tanda ini adalah jalan yang terus menanjak. Beberapa kali kami harus melewati bukit ada 2-4 bukit yang harus kami daki. Ini menurunkan mental sebagian besar dari kami. Karena logikanya tidak mungkin jalan terus menanjak ketika kami ingin turun ke perkotaan. Tapi karena memang sudah tidak ada jalan lain kami terus melangkah.

Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya logistik kami masih ada 2 sampai 3 hari lagi. Tapi yang mencemaskan adalah air kami yang tinggal dua botol lagi, itu harus dibagi 7 orang. Jika keadaan terburuk terjadi. Saya selama perjalanan tetap berharap ada titik terang di balik bukit-bukit yang kami daki. Saya juga punya keyakinan selama masih ada tanda, itu pasti menuju tempat manusia berada. Entah itu ke perkotaan ataupun mungkin kembali lagi ke puncak rengganis. Harapan itulah yang tetap saya jaga. Agar mental saya tidak menjadi turun.

Malam kembali datang. Sedang tanda-tanda danau hidup tidak juga muncul. Kami malah semakin masuk ke kedalaman hutan. Saat itu fisik dan mental kami sudah sangat melemah. Belum lagi ancaman macan yang bisa datang kapan saja. Membuat kami dalam kengerian yang sangat.

Langkah kami tak berhenti menyusuri kegelapan. Hingga tiba kami di sebuah tempat, yang sepertinya habis dibuat seseorang untuk berkemah. Itu terlihat dari bekas api unggun dan juga shelter yang dibangun dari ranting-ranting kayu. Akhirnya kami memutuskan untuk memasang tenda disini. Karena nampaknya akan sangat berbahaya jika kami memutuskan untuk tetap berjalan. Tak lama setelah kami selesai mendirikan tenda. Jarjit dan farid kembali datang membawa secercah harapan. Sebelumnya jarjit dan farid memeriksa kondisi di depan jalur kami. Mereka mengabarkan bahwa mereka melihat cahaya perkotaan dibalik bukit ini. Alhamdulillah... dalam hati saya mengucap syukur. Keadaan tidak menjadi semakin parah.

Keesokan paginya kami meneruskan perjalanan. Dengan perut tetap kosong dan air yang kini tinggal satu botol setengah. Kami menelusuri jalan-jalan setapak yang tertutup rumput dan pohon-pohon hutan. Hingga kami tiba di puncak bukit. Benar saja disana terlihat perkotaan dibawahnya. Lebih dari itu pemandangan yang dihadirkan juga menakjubkan. Di atas bukit ini kami bisa melihat gunung arjuno, welirang dan penanggungan di kejauhan. Tepat di depan kami pun penggunungan tengger dengan bromo dan semerunya berdiri gagah. Sebuah harapan yang berubah menjadi kenyataan. Dari atas bukit ini perjalanan turun sampai bremi berjalan seperti seharusnya. Lancar tanpa hambatan. Kami semua selamat tanpa kurang suatu apapun dari pengkaderan  gunung argopuro.


Dari atas puncak bukit

Air penyambung nyawa kami

kebun cabe di ladang penduduk

Patung wisnu dan garudanya di depan resort bremi

berfoto di depan gardu taman hidup bremi

Ladang penduduk

Warung tempat kami makan di bremi

Spanduk warung mbok tomsiah

Berfoto di polres bremi


"Argopuro mengajarkan aku tentang arti bersyukur, Argopuro mengajarkan aku betapa maha besarnya sang pencipta, argopuro mengajarkan aku kecilnya manusia dihadapan alam"

Antara Zarah, Gaya Fundamental Dan Higgs-bosson

Sabtu, 22 Juni 2013
Posted by Unknown
"Selalu ada rahasia di balik rahasia
Satu rahasia terungkap 
maka ada rahasia lain menunggu 
untuk diungkap" 

Sebuah materi jika dipotong-potong pada suatu saat akan sampai materi itu tidak bisa dipotong lagi yang dinamakan atom. Masih ingatkah kalian dengan kalimat tadi?, Benar itu teori atom/zarrah yang pertama kali dicetuskan oleh Democritus.  Jadi Apakah benar materi itu pada akhirnya tidak bisa dibagi-bagi lagi?? ataukah sebaliknya. Dan pada akhirnya kita sampai pada pertanyaan paling mendasar" apakah penyusun paling dasar dari benda-benda di alam semesta ini?. Mari saya antar anda ke wunderkammer

Cerita quark dan lepton 
Seperti kita yang kita ketahui. Setiap partikel tersusun atas atom-atom, setiap atom terdiri dari elektron, proton dan neutron. Proton dan neutron bersama membentuk inti atom. Elektron bergerak disekeliling inti atom. Tetapi menurut teori kuantum posisi dari sebuah elektron tidak dapat kita ketahui dengan pasti. Yang bisa kita ketahui adalah probabilitas atau kemungkinan sebuah elektron terletak. 

Konfigurasi jumlah proton, neutron dan elektron yang berbeda, akan membentuk materi yang berbeda-beda. Dengan elektron bermuatan listrik negatif, proton bermuatan positif dan neutron yang netral. Bersama-sama membentuk materi-materi yang kita kenal selama ini di alam. 

Jika kita menggali atom lebih dalam lagi. Ternyata baik neutron dan proton tersusun atas partikel yang lebih kecil lagi, yang dinamakan quark. Sebuah neutron tersusun atas 2 quark bawah dan 1 quark atas sedangkan proton terdiri atas 2 quark atas dan 1 quark bawah. Sebuah quark memiliki enam "rasa". Charm/ berkarisma, strange / aneh, Up/ atas, down/ bawah, top / puncak dan bottom / dasar(seperti yang terlihat pada gambar 1 yang berwarna ungu).

Ternyata pencarian kita tidak berhenti sampai disitu. Selain elektron dan 6 rasa quark tadi. Masih ada zarrah berat yaitu muon dan tauon. Muatan dan sifat mereka sama dengan elektron, hanya saja mereka lebih berat daripada elektron.

Ada lagi cerita yang di bawa seorang ilmuwan bernama pauli. Dia mempostulatkan  " Ada sebuah partikel yang mempunyai massa sangat kecil dan tidak bermuatan". Partikel ini kelak dinamakan oleh enrico fermi ilmuwan asal italia dengan sebutan neutrino(yang artinya si kecil netral).

Postulat itu di cetuskan pauli untuk menjelaskan perbedaan jumlah energi  yang diprediksi oleh peluruhan neutron. Karena menurut hukum kekekalan energi seharusnya tidak ada perbedaan yang terjadi.
Gb1.Keluarga quark,lepton dan bosson

Neutrino adalah sebuah zarrah yang tak bermuatan dan memiliki massa yang teramat kecil. Karena sifatnya ini dia bisa berinteraksi dengan materi lain dengan sangat halus. Itu juga yang membuatnya sulit didektesi. Neutrino baru bisa terdektesi 2 dekade kemudian dari zaman pauli pada tahun 1956.

Namun ternyata pencarian masih saja terus berlanjut. Para ilmuwan masih saja mencari pasangan untuk elektron, muon dan tauon. Mungkin mereka ingat firman tuhan bahwa dia menciptakan semuanya secara berpasang-pasangan hehehe. Di pikiran merekan sudah tiga zarrah bermuatan negatif tentunya ada pula tiga pasangan tidak bermuatan. Namun hingga saat ini baru neutrino muon saja sudah ditemukan sedangkan neutrino tauon menunggu untuk ditemukan.

Keluarga elektron-tauon-muon dan neutrino-neutrino tauon-neutrino muon disatukan menjadi satu keluarga yang dinamakan leptons. (seperti yang terlihat pada gambar 1 yang berwarna hijau )
Gb.2. Penampang atom
Boson sang pembawa gaya
Untuk dapat berinteraksi satu sama lain . Zarrah-Zarrah di alam semesta menggunakan gaya-gaya fundamental. Ada empat gaya fundamental yang bekerja di alam yaitu : gaya gravitasi, elektromagnetik , nuklir lemah dan nuklir kuat.

Gaya gravitasi adalah gaya yang bekerja pada setiap benda yang bermassa. Seperti yang sudah dirumuskan newton bahwa gaya gravitasi berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Itu artinya semakin besar massa maka semakin besar gaya gravitasi yang bekerja dan semakin besar jaraknya maka semakin kecil gaya gravitasinya. begitu pula sebaliknya.

Gravitasi merupakan gaya yang paling lemah diantara keempat gaya fundamental. Namun gravitasi bekerja pada alam makrokosmos. Gaya inilah yang menyebabkan bumi berputar mengelilingi matahari.

Gaya elektromagnetik adalah gaya bertanggung jawab atas fenomena listrik dan kemagnetan. Gaya ini yang menyebabkan elektron tetap mengorbit inti atom. Gaya ini hanya berkerja pada zarrah bermuatan listrik sedangkan lepton yang tidak bermuatan seperti neutrino tidak akan memberikan efek apa-apa.

Gaya nuklir lemah adalah gaya yang bertanggung jawab atas perubahan inti atom. Gaya ini lah yang bisa mengubah quark atas menjadi quark bawah atau sebaliknya. Jadi gaya ini pulalah yang bertanggung jawab atas perubahan neutron menjadi proton atau proton menjadi neutron. Gaya ini menjelaskan fenomena radiotikvitas dan peluruhan

Gaya nuklir kuat adalah gaya yang menyatukan proton dan neutron untuk tetap menjadi inti atom. Gaya ini adalah yang paling kuat diantara yang 4 gaya fundamental. Kekuatannya bisa dibayangkan dalam inti atom terdapat proton-proton yang berdekatan. Seperti yang kita ketahui muatan yang berbeda saling tarik menarik sedangkan yang sama akan saling tolak-menolak. Semakin dekat jaraknya kekuatan untuk saling tarik atau menolak akan menjadi semakin besar. Bisa dibayangkan kekuatan gaya nuklir kuat untuk menyatukan proton yang memiliki muatan yang sama. Tetapi gaya ini hanya efektif untuk skala sub atomik. Maka untuk skala yang lebih tinggi lagi seperti lepton, gaya ini tidak terlalu berpengaruh.

Keempat gaya tadi di mediasi/ dihubungkan oleh 5 partikel tak bermassa yang dinamakan acuan bosson (bosson gauge). Kelima partikel inilah yang menghantarkan gaya-gaya tadi. Itu artinya terjadi pertukaran partikel bosson antara satu materi ke materi lainnya ketika berinteraksi menggunakan salah satu gaya tersebut.  Kelima partikel bosson tadi bisa dilihat di gambar pertama yang berwarna merah muda.

Seberapa besar gaya yang dihasilkan bergantung pada seberapa cepat pertukaran partikel bosson ini. Gaya gravitasi dihantarkan graviton, gaya elektromagnetik dibawa oleh photon, gaya nuklir lemah dibawa oleh pasangan partikel W positif , W negatif dan partikel Z sedangkan gaya nuklir kuat dibawa oleh gluon. Diantara kelima partikel tadi hanya graviton yang belum ditemukan. Masalahnya sepele karena sampai saat ini belum ditemukannya teori kuantum untuk gravitasi.

Mekanisme Higgs 
Mekanisme higgs dilontarkan untuk menjawab pertanyaan paling mendasar kenapa ada benda yang bermassa sedangkan yang lainnya tidak??. Sebelum kita masuk mekanisme higgs ada baiknya kita telaah terlebih dahulu medan elektromagnetik.

Sebuah medan elktromagnetik bekerja pada zarrah-zarrah yang memiliki muatan listrik. Sedangkan untuk zarrah yang tidak bermassa seperti neutrino tidak akan bekerja. Sebuah zarrah seperti proton atau elektron jika dilewatkan pada medan elektromagnetik pasti akan memiliki pengaruh pada Zarrah tersebut. Entah itu di percepat atau jika elektron bisa terpental dari orbitnya. Begitu pula mekanisme higgs atau dalam hal ini medan higgs bekerja.

Sebuah zarrah yang tak bermassa akan berinteraksi sangat kuat dengan medan higgs ini, yang kemudian kita amati sebagai massa. Sedangkan partikel tak bermassa dan tidak berinteraksi dengan medan higgs tentu akan melewatinya begitu saja. Dan sebuah zarrah yang berinteraksi ringan dengan medan higgs akan dideteksi bermassa rendah.

Interaksi antara zarrah dan medan higgs ini dimediasi / dihubungkan oleh zarrah baru yang kemudian dinamakan dengan partikel higgs-bosson. Partikel yang kemudian oleh media dibesar-besarkan sebagai partikel tuhan (walaupun para fisikawan tidak suka penamaan ini) ini, jika ditemukan bahwa mekanisme higgs ini benar adanya. Dan itu merupakan satu langkah penting untuk mengetahui asal-mula massa beberapa zarrah-zarrah tertentu.

Saat ini partikel Higgs-bosson ini sudah bisa dideteksi dari penelitian yang menggunakan acceleerator dengan garis tengah 27 Km, di perbatasan prancis dan swiss. Accelerator itu ditanam sedalam 100 meter dan mempunyai 1200 magnet.

Mungkin partikel Higgs-bosson sudah bisa terdeteksi. Namun bukan berarti pekerjaan ilmuwan sudah selesai. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan tentang higgs-bosson yang belum terjawab. Salah satunya adalah tentang karakteristik partikel higgs-bosson itu sendiri.

Akhirnya satu rahasia terungkap. Tapi muncul lagi rahasia lain yang harus diungkap. Memang seperti itulah kerja alam. Selalu ada rahasia dibalik rahasia.


"Seluas apapun ilmu yang kau punyai 
itu tak lebih dari satu tetes air laut 
diantara samudera"

My Great Adventure (Pendakian Gunung Merbabu)

Rabu, 19 Juni 2013
Posted by Unknown
"Di bawah langit berbintang
kita bertanya tentang kesederhanaan 
tanpa sadar kitalah kesederhanaan itu"
puncak merbabu dilihat dari sabana
Merbabu berasal dari bahasa sansekerta meru dan babu. Meru yang berarti gunung dan babu  yang berarti wanita. Entah kenapa masyarakat zaman dulu menamakannya seperti itu. Tetapi gunung ini lah yang akan menjadi cerita saya selanjutnya. Perjalanan yang berkesan. Penuh kesederhanaan , kenangan dan sempurna.

Sms Maut...
Jam menunjukan pukul 23.00 WIB. Kesibukan masih tergambar di sebuah rumah di jalan gebang lor no 15 surabayaKoordinasi komisariat HMI sepuluh nopember surabaya ini masih terlihat sibuk. Tetapi itu bukan karena sedang ada rapat ataupun acara besar. Ini dikarenakan karena ada beberapa manusia-manusia penghuninya mondar-mandir mempersiapkan sesuatu. Benar, manusia-manusia itu adalah saya, Wildan (tebo), Dimas (jarjit) dan yadi. Kami sedang sibuk  mempersiapkan semua keperluan untuk mendaki. Kami akan mendaki gunung merbabu.

twitt... twitt... ciri khas suara hp ketika sms masuk. Sejenak Wildan melihat hp, ternyata suara tadi berasal dari hpnya. Tak berapa lama dia berbicara dengan saya tentang Sms yang dia dapatkan. Sms yang ternyata dari Ridhwan (gibal )  itu berisi "bo tunggu jangan di tinggal, Ada yang mau gw omongin . Waktu saya tahu isi sms itu, saya sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Ridhwan ini. "Dia pasti mau ikut"... pikir saya.

Apa yang saya pikirkan ternyata tidak salah. Tak berapa lama Sms dari Ridhwan terkirim kembali ke hp wildan. Sms itu berisi "bo gimana kalau gw, beji dan danar ikutan naik". Jeng... jeng... sambil tersenyum saya menjawab " sudah gw duga itu"

Pada akhirnya rombongan ini bertambah tiga orang. Jadi total nya ada tujuh orang yang akan berangkat. Selain saya , Wildan, Jarjit dan Yadi tadi. Ridhwan, beji dan Danar akhirnya melengkapi kami. 

Menuju Selo (Insiden Yadi )
Foto terakhir bersama yadi
Ada beberapa Jalur yang biasanya dilalui untuk mendaki gunung merbabu. Jalur Wekas, thekelan, cunthel dan selo. Dari pilihan-pilihan tadi kami memilih jalur selo untuk kami lewati. Alasannya utamanya karena akses kesana lebih mudah daripada jalur lainnya. 

Selo adalah sebuah desa di daerah boyolali jawa tengah. Jika dari surabaya harus 3 kali naik bus untuk sampai tujuan. Bus pertama adalah bus jurusan Surabaya - Yogyakarta, untuk kemudian turun di Kartasura. Dari Kartasura di lanjutkan menggunakan bis kecil menuju pertigaan boyolali. Terakhir barulah perjalanan dilanjutkan dari pertigaan boyolali ke selo menggunakan bis kecil juga. 

Dengan cara yang sama kami berangkat ke selo. Tepat pukul 04.00 WIB kami berangkat dari surabaya. Tak banyak yang bisa diceritakan dari perjalanan ini. Namun ada sedikit insiden kecil tetapi besar buat yadi. Dirinya harus kembali ke surabaya, di saat kami sudah menginjakan kaki di selo. Ya dia harus kembali karena sesuatu urusan yang tak bisa ditinggal. Sebenarnya kami sudah melobi pihak yang memegang urusan yadi ini, tetapi mereka tidak mau tahu dan tetap meminta yadi untuk kembali. Jadilah yadi kembali ke surabaya dan kami meneruskan perjalanan tanpa dia :( .

Pertemuan Tak terduga
Tak pernah ada yang namanya kebetulan, semuanya sudah direncanakan. Begitu pula dengan pertemuan kami dengan kelurga baru kami. Memang pertemuan yang tak terduga tapi seperti sudah direncanakan oleh Sang pemilik Langit dan bumi. Begitu banyak hikmah yang bisa saya ambil dari pertemuan ini. 

Waktu itu kami sedang menyantap makanan dipos pendakian yang sebelumnya kami beli di pertigaan boyolali. Berjalan dari tempat kami turun dari bis sampai di pos pendakian ternyata membuat kami kelaparan. Jalan yang naik-turun sepanjang 4 km, menyebabkan perut kami cepat kosongnya. Di saat itulah kami bertemu dengan keluarga baru kami. 

Keluarga baru kami terdiri dari 6 orang lelaki dan satu orang perempuan. Mereka datang dengan menggunakan sepeda motor. Berbeda dengan kami yang berjalan kaki. Setelah berkenalan, kami mengetahui mereka bernama Mbah sarap, Ryan (kami memanggilnya mbahdala), martha, frangky, Daus, febri dan seorang wanita bernama Shiddath. Terjalinlah keakraban antara kami dan mereka.

Pendakian Malam 
Setelah dirundingkan akhirnya kami akan melakukan pendakian sehabis shalat isya bersama dengan keluarga baru kami. Ini untuk kesekian kalinya saya mendaki pada waktu malam. Walau sebenarnya saya agak malas kalau mendaki malam. Karena saya tidak bisa melihat apa-apa, satu-satunya keuntungan kalau mendaki malam adalah perjalanan terasa dekat. 

Tepat pukul delapan malam kami bersama-sama dengan keluarga baru kami berangkat mendaki. Pendakian ini diisi dengan suara lonceng yang berbunyi dari tas carrier mbah sarap yang memang dipasangi lonceng. Juga cerita-cerita dari ryan alias mbadala dengan logat ngapaknya yang lucu. Dari mbadala pulahlah kami mendapatkan kosa kata baru kemekelan, yang berarti tertawa terbahak- bahak. Tetapi diplesetkan oleh kami dengan pegal-pegal.

Pendakian ini yang pertama untuk Beji dan Danar, sesekali nampak wajah kecapean dari mereka. Khusus untuk Danar dia mendapatkan keistimewaan. Sepanjang perjalanan dirinya diasuh oleh mba' shiddath. Dalam artian di tunjukan jalan mana yang harus dilalui. 

Mungkin karena gelap yang begitu pekat dan kurangnya pencahayaan. Terjadi Insiden kecil, Gibal terperosok ke dalam lubang. Lubangnya lumayan dalam hampir seluruh badannya tenggelam. Hanya menyisakan kepala dan tangannya yang memegang jalan. Saya yang tepat di belakangnya dan mbah sarap membantunya untuk keluar dari dalam lubang. Setelah itu perjalanan dilanjutkan. 

Merapi di waktu malam
Empat jam kami menelusup rongga-rongga malam, kami tiba pada tanjakan yang curam, berdebu dan berbatu. Saya menyebutnya tanjakan setan. Tanjakan ini benar-benar menguras tenaga. Tubuh harus merayap jika ingin terus melangkah. Debu yang sesekali membuat mata kelilipan, juga membuat langkah kami terhambat. Tetapi semangat yang sepertinya selalu hadir membuat kami mampu melewati tanjakan ini.

Setelah susah payah dan semua peluh sudah terkuras habis. Akhirnya kami tiba di ujung tanjakan ini. Di ujung tanjakan ini tedapat sabana yang terhampar dengan latar belakang puncak merbabu yang gagah. Kelap-kelip lampu perkotaan diwaktu malam pun terlihat dari sini, seirama dengan taburan bintang-bintang di atasnya. Terbayar sudah lelah kami tadi.

Di sabana ini lah kami mendirikan tenda untuk beristirahat. Ada kebodohan ketika kami akan mendirikan tenda. Satu tenda kami tidak terbawa covernya. Karena kami hanya membawa dua tenda, jadilah  satu tenda saja yang kami pakai untuk tidur dan tenda yang tidak ada covernya  untuk menaruh barang-barang. Walaupun nanti akhirnya kami tidur himpit-himpitan.

Segera setelah tenda berdiri. Saya langsung masuk, membuka sleeping bag lalu tidur, teman-teman yang lainnya pun  mengikuti. Keluarga kami pun sepertinya sudah selesai mendirikan tenda dan mulai menikmati mimpinya masing-masing. Kecuali mungkin Wildan dia tertidur di luar tenda.

Pagi di Merbabu
Sunrise dan G.lawu
Pagi menyapa bumi merbabu. Matahari mencuat dari balik gunung lawu di ufuk timur. Bersamaan dengan itu, saya terbangun dari tidur yang cukup membuat badan saya pegal-pegal karena sempitnya ruang tidur saya. Sejenak saya kumpulkan "nyawa" saya. Melihat sekeliling , teman-teman saya masih terlelap. Kacau sekali terlihatnya, kaki-kaki tersesat di kepala, badan yang saling tumpang tindih satu sama lain, pantas saja badan saya menjadi remuk.

Saya keluar tenda, meniatkan diri untuk shalat shubuh. Di luar tenda ternyata cukup ramai. Orang-orang sudah berkumpul untuk melihat sunrise, saya lihat Wildan juga ada diantara orang-orang itu. Pemandangan pagi di merbabu ini memang indah. Gunung merapi berdiri gagah di selatan merbabu, gunung lawu di timur nya, sindoro-sumbing berdampingan di sisi barat dari kejauhan juga terlihat gunung slamet. Serasa berdiri diantara para raksasa. Saya pun takzim dalam shalat saya.

Puncak Merbabu 
Pukul 09.00 tepat kami berangkat menuju puncak. Sebelumnya kami berdoa terlebih dahulu dan sedikit meneriakan yel-yel. "tim keong, yee " begitulah yel-yel kami hehehe.

Perjalanan dari sabana tempat kami ngecamp sampai puncak, membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jalan yang di lalui tidaklah terlalu berat menurut saya. Sebelum sampai puncak merbabu kami  melalui hamparan sabana lagi, melipir pinggiran bukit dan Tanjakan yang cukup panjang sampai puncak. Puncak merbabu ada tiga. Yang pertama puncak triangulasi, puncak ketheng songo dan puncak syarif, dengan puncak tertingginya ada di triangulasi.

Singkat cerita setelah 2 jam tertatih-tatih berjalan akhirnya kami tiba di puncak merbabu,puncak triangulasi tepatnya. Saya mencapai puncak terlebih dahulu daripada teman-teman lainnya. Setelah secara berurutan wildan, gibal, jarjit , beji dan danar.  Ada kejadian yang unik saat beji mencapai puncak pertamanya. Semua orang yang ada di puncak sekitar 20 orangan, bertepuk tangan untuk dia. Tepuk tangan untuk beji... (plok...plok...plok )

Di puncak ada hal yang membuat kami tak bisa menampakan wajah lelah. Gadis kecil umur 5 tahun, yang tetap riang berlari-lari penuh energi, lah penyebabnya. "anak kecil aja kuat masa kita nggak"... itu isi pikiran kami saat itu.

Dari kejauhan, terlihat keluarga kami berada di puncak lain gunung merbabu. Mereka memang terlebih dahulu berangkat ke puncaknya daripada kami. Tak lama mereka di puncak. Selang beberapa lama mereka turun dan kami pun beranjak ke puncak ketheng songo.

Di ketheng songo ini kami bertemu 2 bule wanita asal cekoslowakia. Sepintas kami berkenalan, mengobrol sebentar dan berfoto bersama. Dari sana kami tahu ternyata mereka sudah 8 bulan menetap di semarang.
Gadis kecil yang tangguh


Merapi dilihat dari puncak merbabu


Foto bareng bule di puncak
foto keluarga
di balik awan

Di suatu malam...
Api unggun bergemeletak memecah dingin gunung diwaktu malam. Terlihat disekililingnya manusia-manusia berkumpul untuk mencari kehangatan yang diberikannya. Kehangatan cepat menjalar diantara mereka, tetapi bukan karena api yang menghangatkannya. Namun kebersamaan lah yang memberikan kehangatan itu.

Di antara api unggun
"apa itu sederhana ?"... Salah satu yang paling tua diantara mereka tiba-tiba nyeletuk. Diskusi pun berjalan, bermacam-macam jawaban keluar dari mulut mereka. Tanpa tahu bahwa merekalah kesederhanaan itu.

"apa yang dimaksud kenangan?, haruskah dihapus?"... pertanyaan kembali terlontar... Kembali obrolan hangat terjadi. Menghasilkan kesimpulan kenangan adalah bagian dari sejarah manusia, sampai kapanpun meskipun manusia mencoba untuk melupakannya. Kenangan akan kembali teringat.

Malam itu di merbabu, sungguh menjadi suatu malam yang penuh kenangan, penuh kesederhanaan. Malam yang terbalut oleh hangatnya persaudaraan, persahabatan dan kebersamaan. "Akankah saya temui malam seperti ini lagi di tempat lain?" Saya bertanya di dalam hati.

Perjalanan pulang
Diatas pick up
Pukul 16.00 WIB keesokan harinya. Kami sudah turun berada di tempat terakhir kali kami bersama yadi. Saat itu kami bersama dengan mbadalah, menunggu bis yang akan membawa kami ke terminal boyolali. Menit-menit berlalu, bus yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya kami berembuk dan sepakat,untuk menumpang pick up yang akan turun ke bawah. Setelah itu Kami memberhentikan sebuah pick up untuk ditumpangi. Mbadalah dengan keahlianya, bernegoisasi dengan sang supir. Akhirnya didapati kesepakatan kami serombongan bayar Rp. 40.000,00 untuk bisa diantarkan sampai terminal boyolali. Pick up pun melaju membawa kami menuju tempat tujuan. Semakin lengkaplah perjalanan ini.

Pengalaman mendaki gunung merbabu adalah pengalaman yang tak terlupakan. Begitu banyak kenangan yang terjadi disana. Sambil menikmati angin semilir yang berhembus karena laju pick up. Saya berkata dalam hati " terima kasih kesederhanaan".

"sederhana itu adalah kalian
kenangan itu adalah saat bersama kalian
kesempurnaan adalah saat aku dilengkapi kalian"