Laman

Entri Populer

Archive for Juli 2015

MENELISIK BENTENG TERAKHIR PARA SATWA (Baluran)

Kamis, 30 Juli 2015
Posted by Unknown
"Tiada yang sia-sia dalam sebuah perjalanan"

Papan selamat datang baluran
   Jika kita berbicara tentang kekayaaan dan keindahan negeri kita yang tercinta, rasanya tak akan ada habisnya. Dari ujung barat ke timur, utara ke selatan, tersimpan berbagai kekayaan budaya juga flora dan fauna. Dari Sabang ke Merauke, miangas ke pulau rote terhampar keindahan yang tak berbatas. Salah satunya ada di ujung timur pulau jawa tepatnya di taman nasional baluran. Salah satu Benteng terakhir para satwa di pulau jawa. Disanalah perjalanan kami kali ini dilakukan.

Awal Semula 

    Terkisahlah empat orang mahasiswa dari sebuah institut negeri disurabaya merencanakan sebuah perjalanan. Ke empat orang mahasiswa itu adalah saya (miko), ayu , raan dan mariesta. Mereka bersepakat untuk melancong ke sebuah pulau terpencil di utara jawa yaitu pulau bawean.
     Rancangan awal perjalanan ini memang pada mulanya bertujuan ke pulau bawean. Namun apa daya kami kehabisan tiket kapal yg akan membawa kami pergi kesana. Perjalanan pun terpaksa harus di reschedule.
      Pembicaraan reschedule dilakukan sepulang saya dari membeli tiket kapal yg gagal di beli. Diskusi hanya terjadi antara saya dan ayu, karena kebetulan yg bertugas untuk membeli tiket kapal adalah kami. Setelah berdiskusi panjang dan mengeliminasi segala kemungkinan alternatif tujuan, didapatkan keputusan kami akan berangkat menuju baluran.

Keberangkatan Awal (Surabaya-Situbondo via Probolinggo )

        Untuk mencapai baluran dari surabaya, ada beberapa alternatif cara yang bisa di tempuh. Pertama dengan menumpangi bus jurusan madura-ketapang, jika memakai cara pertama ini kita bisa langsung turun di depan gerbang Taman nasional baluran, bilang saja ke keneknya untuk turun disana. Cara kedua masih sama dengan cara yang pertama hanya saja kita harus transit dulu ke probolinggo baru kemudian lanjut menggunakan bis jurusan probolinggo-banyuwangi/ketapang. Cara yang ketiga dengan menggunakan kendaraaan pribadi.Dari ketiga alternatif tadi kami memakai cara yang kedua karena mudah, murah dan memungkinkan .
     Sabtu sore 13 juni 2015 sekitar pukul 17.00 WIB kami berangkat dari terminal Purabaya. Bus pun melaju dari tempat pemberhentiannya. Di butuhkan waktu sekitar 2 jam untuk menuju ke tempat pemberhentian selanjutnya di probolinggo. Jadi saya memperkirakan  kami akan sampai di probolinggo pukul 19.00 WIB. Dalam perjalanan ke probolinggo ini tak banyak sebenarnya yang bisa di ceritakan. Paling -paling hanya cerita saya yg tidak dapat tempat duduk hampir setengah perjalanan karena keadaan bus yg penuh penumpang dan kecerobohan saya yg meninggalkan tempat makan tupperware milik ayu di bis. Selebihnya hanya cerita kami yg tertidur di dalam bis yang menembus kegelapan malam.
Gunung Baluran Di kejauhan
     Jam menunjukan pukul 20.30 WIB, ketika kami tiba di terminal probolinggo. Satu setengah jam lebih lama dari perkiraan saya semula. Di probolinggo kami hanya transit sebentar, sekedar mengisi perut dengan makanan lalu kemudian berangkat lagi.
    Dari probolinngo kami melanjutkan perjalanan dengan menumpang bis jurusan probolinggo-ketapang. Bis jurusan ini cukup banyak di probolinggo dan tersedia sampai 24 jam, jadi tak perlu khawatir kehabisan bis. Kocek yang harus dikeluarkan juga cukup terjangkau. Hanya dengan Rp.32.000,00 bisa membawa kami ke baluran.
      Perjalanan dari probolinggo ke baluran membutuhkan waktu kurang lebih 4-5 jam. Saat itu kami sendiri membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai ke baluran. Pukul 2.00 WIB dini hari kami baru tiba di pintu taman nasional baluran. Sesampainya disana, hal pertama yang saya fikirkan adalah segera mendirikan tenda untuk beristirahat. Kami memang berniat untuk berkemah dulu semalam, sekedar melepas lelah sejenak setelah perjalanan cukup membuat pegal dari surabaya, baru kemudian melanjutkan perjalanan keesokan paginya.
      Tenda kami dirikan setelah mendapatkan izin dari beberapa petugas yang kebetulan sedang berjaga di pos jaga. Lokasi tenda pun kami dirikan tak jauh dari pos jaga, Disebuah tanah yg cukup lapang tapi tak rata.  Kami hanya mendirika satu tenda dari dua tenda yang kami bawa. Satu tenda ini dikhususkan untuk ayu dan mariesta saja. Supaya mereka punya ruang privasi dan tempat tidur yang nyaman. Sedang saya dan raan cukup tidur di teras kantor perhutani yang hanya berjarak 10 meter dari tenda.
       Seusai saya memastikan ayu dan mariesta tidur. Saya pun merebahkan diri dilantai teras kantor. Memandang bintang gemintang di puncak langit dan tak sadar mata saya perlahan terpenjam, membawa semangat untuk pagi hari.

Hari Yang Cerah (to Savana Bekol)


Welcome to Savana Bekol
   Malam masih menyisakan jejak di angkasa, matahari pun masih belum sempurna terbangun dari tidur nyenyaknya. Namun saya sudah terbangun karena bisikan bisikan mungil yang menyentuh telinga saya. Ya sekitar pukul 05.00 WIB saya terbangun dari tidur saya. Masih dalam setengah sadar, saya melihat di sekitar banyak anak-anak yang bermain dan yang lebih mengagetkan adalah banyak monyet yang berkeliaran disana. Rupanya tadi malam para monyet ini sedang tertidur di sarangnya sehingga tak tampak seekor pun.
   Saya sejenak terduduk di tempat. Bernafas perlahan, membiarkan ruang ruang di paru-paru saya terisi udara pagi yang segar. Lalu bergegas membangunkan para wanita untuk shalat shubuh. Raan sendiri nampaknya sudah terbangun dari tadi karena dia terlihat sedang melakukan lari-lari kecil di dekat tenda.
Dengan kaki ini kami melangkah
    Matahari semakin meninggi ketika kami sudah selesai berkemas dan membersihkan tubuh. Pukul 09.00 tepat kami berangkat menuju savana bekol salah satu obyek yang berada di taman nasional baluran. Sebelum masuk ke kawasan taman nasional, kami diwajibkan membayar tiket masuk sebesar 15.000 per orang. Tiket masuk ini bisa lebih murah jika bukan akhir pekan dan hari libur.
   Selesai menyelesaikan administrasi kami pun berangkat menuju tujuan. Pada mulanya kami berencana berjalan 12 km ke savana bekol dan memang begitulah yang terjadi di awal perjalanan. Namun baru beberapa meter kami menyusuri jalan yang beraspal tapi berlubang. Kami di tawari tumpangan oleh bapak penjaga hutan yang baik hati dengan mobil patroli hutannya. Tak membuang kesempatan kami menerima ajakan tersebut. Kebetulan hari juga sedang terik-teriknya untuk berjalan kaki.
          Mobil melaju di atas jalanan yang rusak parah. Untungnya mobil patroli yang kami tumpangi sejenis mobil land Rover dengan bak terbuka, jadi jalanan rusak bukan masalah. Walaupun beberapa kali kami yang duduk di bak belakang mobil hampir terpelanting karena goncangan yang terjadi.
         Hampir 30 menit kami menyusuri hutan dengan mobil dan akhirnya tibalah kami di Savana Bekol. Sebuah Padang rumput luas sekitar 300 hektar atau sekitar 30.000 meter persegi. Di Padang ini lah hidup beraneka ragam satwa  dari banteng jawa, Kerbau Liar, Monyet, anjing liar, kijang sampai macan tutul. Diantara satwa-satwa tadi, Monyet adalah hewan yang paling mendominasi populasi. Terbukti ketika kami menjejakan kaki di savana kami sudah disambut puluhan monyet yang menggelantung di pohon ataupun yang berjalan di pinggir jalan.
       Di Savana bekol terdapat fasilitas penginapan yang telah disediakan oleh Dinas kehutanan Taman Nasional Baluran. Harga penginapan bervariasi dari Rp. 150.000 per malam sampai Rp. 450.000 permalam. Semenjak pergantian kepemimpinan di tubuh dinas kehutanan taman nasional baluran, fasilitas ini wajib digunakan bagi para pengunjung yang ingin bermalam disana. Dalam arti lain segala jenis kegiatan berkemah dilarang. Kami yang awalnya berencana berkemah terpaksa harus menelan kekecewaan.
         Setelah kami tahu informasi tersebut, kami pun berdiskusi sembari makan di pedagang kaki lima yang letaknya tak jauh dari kantor penjaga savana bekol. Diskusi berjalan cukup tentram di bawah rindangnya pohon dan ancaman serangan monyet yang sepertinya sudah bersiaga mengintai kami. Lelah berdiskusi kami selingi dengan bermain kartu remi dimana yang kalah wajahnya akan di jadikan kanvas melukis. Dan sialnya saya yang paling banyak menelan kekalahan.
          Tak terasa waktu terus berjalan selama kami berdiskusi, waktu sudah menunjukan pukul 13.30 WIB. Pada akhirnya kami putuskan untuk sementara beristirahat dulu di sebuah mushalah yang tak jauh juga dari kantor penjaga tadi. Barang-barang bawaan, kami titipkan di kantor penjaga. Lalu setelah menunaikan ibadah shalat, kami beristirahat untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke pantai Bama nanti sore. Adapun persoalan dimana nanti kami akan bermalam ?, biarlah kami bicarakan setelah kami pulang dari pantai Bama.

Bama Beach 

        
Berarti selamat datang keeksotisan
        Matahari sudah condong ke barat ketika kami memulai perjalanan menuju pantai Bama. Dengan hanya membawa kamera, 2 botol air minum dan beberapa makanan. Kami berjalan kaki menyusuri jalanan yang sedikit berpasir sejauh 3 km. 
     Sepanjang perjalanan ini kami menjumpai beberapa hewan liar salah satunya adalah Kerbau liar  (Bubalus Bubalis). Para pengunjung sering salah mengira kerbau ini sebagai banteng Jawa (Bos Javanicus). Padahal keduanya adalah dua spesies berbeda. Salah satu perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah bentuk tanduknya. Tanduk kerbau liar berbentuk runcing kebelakang dan lebar sedangkan banteng jawa mempunyai tanduk yang runcing ke depan dan lebih sempit dari kerbau liar. Satu lagi perbedaan yang mencolok dari keduanya adalah moncongnya. Moncong kerbau liar berwarna hitam sedangkan moncong banteng jawa berwarna putih. Kalau ingin tahu rupa banteng jawa lihat saja bendera PDI-P, persis seperti itulah banteng jawa. Selain Kerbau liar, kami juga menjumpai sekawanan rusa (Cervus timorensis russa) yang sepertinya betina semua karena terlihat sekawanan itu tidak ada yang memiliki tanduk satupun. Dari perjalanan ini saya secara kasar mengambil kesimpulan, sepertinya keragaman satwa di baluran sedikit berkurang karena hewan-hewan yang harusnya terlihat di taman nasional baluran seperti ajag atau anjing liar (Cuon alpinus javanicus), Banteng jawa (Bos Javanicus), kucing bakau (Prionailurus viverrinus) Dan kijang (Muntiacus muntjak muntjak), hampir tidak terlihat sama sekali. Atau mungkin kami saja yang kurang beruntung.
          Selama Hampir Satu jam kami berjalan barulah kami sampai di pantai bama. Sebuah pantai di utara jawa yang menyajikan pemandangan cukup eksotis. Pasir yang putih menghampar, laut jernih nan bening, terlebih saat itu senja sudah mulai menampakan wajahnya. Menambah kemagisan Pantai Bama.
        Kami tiba di pantai Bama pukul 17.00 WIB sudah terlalu sore untuk snorkeling. Sekedar informasi di pantai bama kita bisa snorkelling dan berkano ria. Untuk snorkelling di banderol harga Rp. 40.000 per 2 jam, sedangkan kano di banderol seharga Rp. 50.000 per 2 jam untuk 2 orang.
             Di Pantai Bama kami hanya menjelajahi seisi Bama. Kebetulan saat itu laut sedang surut jadi kami bisa menjelajah agak menjorok ke laut. Karena air yang surut terlihat beberapa biota-biota laut. Dari terumbu karang, teripang, ikan-ikan kecil, bintang laut sampai bulu babi. Beberapa momen kami abadikan di pantai bama ini.
               Cukup puas menjelajah kami pun melangkah kembali ke savana bekol. Perjalanan kembali harus di tempuh di kegelapan malam. Dengan bermodal beberapa senter kami berjalan pulang. Tetapi saya sarankan untuk yang ingin ke baluran hindari berjalan pada malam hari kecuali yang menggunakan mobil atau motor. Karena dikhawatirkan bertemu predator atau pun ular berbisa.
        Waktu yang dihabiskan perjalanan kembali hampir sama dengan perjalanan pergi, 30 menit kami sudah sampai kembali di savana bekol. Sekarang permasalahan lama harus difikirkan kembali, "Dimanakah kami akan bermalam ?". Sebenarnya kami sudah sepakat awalnya untuk tidur di mushalah saja tetapi setelah saya meminta izin kepada penjaga ternyata tidak diperkenankan juga untuk tidur di tempat ibadah. Pada akhirnya kami terpaksa menyewa 2 kamar seharga Rp.200.000,00 hasil negoisasi raan dengan penjaga. Awalnya harga sewa 2 kamar di bandrol Rp. 300.000, 00 tetapi mungkin karena sang penjaga merasa bertemu dengan saudara satu daerah, jadilah harganya diturunkan. Kebetulan raan dan penjaganya sama sama orang padang .
                Tak memakan waktu lama, selesai kami menerima kunci kamar. Kami bergegas ke penginapan. Merapikan barang, bersantap malam, membersihkan diri, shalat dan lalu kemudian tidur.
                Sedikit catatan, mendapatkan penginapan ini juga sebenarnya sebuah keberuntungan buat kami. Karena sebenarnya penginapan ini sudah full di booking oleh rombongan kru film. Kebetulan ketika kami tadi ke pantai bama pulang dan perginya bertemu dengan rombongan ini yang sedang syuting. Jadi saya sarankan untuk yang mau menggunakan fasilitas penginapan untuk membookingnya terlebih dahulu jauh jauh hari.

Prolog 

            Keesokan paginya kami bangun pagi-pagi untuk menikmati sunrise dimenara pengawas. Beberapa gambar kami dapatkan. Sampai pukul 09.00 kami di menara pengawas. Kemudian kembali ke penginapan untuk membereskan barang dan sarapan. Karena pukul 12.00 WIB kami harus sudah check out dari penginapan.
                   Tepat tengah hari kami sudah siap untuk berangkat pulang. Tetapi karena hari cukup panas kami menunda perjalanan sampai sore harinya. Sembari berharap mendapatkan tumpangan seperti kemarin.
                    Ternyata memang manusia itu tidak boleh terlalu berharap. Terlalu berharap malah membuat suatu hal tidak kesampaian. Sama seperti halnya kami yang berharap dapat tumpangan tapi pada akhirnya tidak mendapatkan satu mobil pun untuk kami tumpangi. Kami pun berjalan kaki dari savana bekol menuju basecamp penjagaan yang jauhnya 12 km. Tetapi tidak sia-sia kami berjalan, karena selama perjalanan kami menjumpai salah satu burung yang langka yaitu burung merak. Burung yang mempunyai ciri khas bulu yang berwarna warni ini besar sekali tubuhnya. Mungkin hampir sebesar ban truk. Sayangnya kami tak sempat mengabadikanya dalam gambar karena sang burung terlalu cepat untuk terbang.
                  Sebenarnya tak seluruh perjalanan pulang kami berjalan kaki. Ketika jarak kami dengan pos hanya tinggal 500 meter kami diberikan tumpangan oleh truk kru film. Saat itu keadaan juga sudah malam. Sekitar pukul 18.30 WIB Kalau dihitung-hitung sudah 4 jam kami berjalan semenjak pukul 14.30 WIB. Perjalanan yang cukup menguras tenaga juga.
               Sesampainya di base camp kami tak langsung pulang ke Surabaya. Namun berkemah sehari lagi disana, baru kemudian esok paginya kami pulang ke surabaya dengan selamat.


Keril Para Wonderwoman
Jauh memandang kedepan

Haloo Dunia
Sudahkan kau tempatkan allah di dalam hati mu ? 
            
Hidup adalah keselarasan antara alam dan manusia
Cewek Cantik lagi mejeng haha

Bubalus Bubalis
Seperti Banteng
Terus melangkah
Di Balik Bayangan
Pohon Kesendirian
B.A.M.A
Kemana lagi kita akan berlayar ?
Kerajaan Kera

Hamparan Rumput Laut

Tawa karenamu
Selfie dulu yukk!!!
Sebuah lompatan Kecil
Hati-hati nek ya, awas jatuh haha
Nyanyian si riak air

Hormaaat gerak
Keseimbangan adalah hal utama dalam kehidupan
Mata yang terbangun
Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan ?
Sekawanan Rusa
Chessssee

Yang terlukiskan

Cakrawala yang terbentang

Savana Bekol
          
Senyum 2 sahabat

A & M



Senyum Ketulusan



Supermodel dari Padang

Di balik senyuman

Di ketinggian


Ketika Tertawa Membuat Bahagia

Cilukbaaaaa

Tangga menuju menara pengawas

Tengkorak kepala kerbau

Ini asli apa bukan ya ?


Para arkeolog sedang berdiskusi

Plang penginapan

Deretan Kartu

Di Atas Pohon

Yang Termanis


Tarian sang kupu kupu

Padang Bekol



Jalan Berbatu

Di tengah kesunyian

Aku,Bekol dan Pohon

Sang Burung Merak

 Photo by :
Ayu Rachma Permata Sari (https://instagram.com/ayurachmaps/)
Mariesta Arianti 
Raan Shalihan (http://raanshalihan10.tumblr.com/)
(http://klikhotel.com/blog/taman-nasional-baluran/)



"Luangkan waktumu untuk sebuah perjalanan, niscaya engkau akan mengenal siapa dirimu dan siapa tuhanmu"