Laman

Entri Populer

Archive for 2014

Menapaki jalan yang lurus (Bromo)

Kamis, 14 Agustus 2014
Posted by Unknown
"Perjalanan mengantarkan ku pada kesejatian"


Menapaki jalan yang lurus
Hari minggu ini saya mencoba membongkar kotak kenangan saya. Sekedar mengambil pelajaran dan bernostalgia dengan masa lalu. Sedang asiknya membongkar, saya menemukan satu kepingan cerita diantara banyak kenangan yang berserakan, cerita tentang sebuah perjalanan. Perjalanan menapaki jalan yang lurus.

Pagi hari di kota pahlawan Jam dinding masih menunjukan pukul 4.30, matahari belum terjaga dan hari masih begitu sunyi, hanya sesekali saja suara hewan-hewan nocturnal memecah heningnya. Di hari yang seperti itu saya, arif biasa dipangil kirik, dion, wildan aka tebo dan alfian sudah meringkuk di depan stasiun gubeng surabaya. Kondisi kami saat itu sudah seperti  gelandangan tak punya tempat tinggal. Sebenarnya bukan tanpa alasan kami terdampar di salah satu stasiun besar di surabaya ini, kami sedang menunggu kereta yang akan membawa kami ke malang. Yah tujuan kami adalah malang, tujuan kami adalah gunung bromo.  Oh iya ada cerita sedikit menggelitik waktu kami tidur di stasiun, ketika kami sedang berselanacar di alam mimpi, tiba-tiba ada sesorang yang berteriak, "BANGUN-BANGUN.... SEBELUM AYAM BERKOKOK KITA SERANG PAPUA NUGINI".... tersentak kaget saya langsung terjaga, ternyata yang teriak adalah seorang kakek berumur sekitar 70 an yang sepertinya agak "waras". Setelah kejadian itu saya lalu tidur kembali, dalam hati saya berucap "emangnya papua nugini salah apa sama tuh kakek smpe mau diserang" ada-ada saja .

Sampai Di malang 
Sampai sudah kami di malang, setelah berdesak-desakan di dalam kereta ekonomi, biasalah kondisi kereta saat itu kan masih banyak tukang, dari tukang charger hp sampai tukang makanan, dari tukang nyanyi (alias pengamen) sampai tukang nyopet. Tidak seperti kereta ekonomi sekarang yang sudah ditertibkan dari para tukang-tukang itu.

Udara malang memang menyejukan, apalagi saat itu waktu masih pagi. Kesegaran merasuki tiap ruam-ruam paru-paru kami yang sepertinya sudah sekarat karena kebanyakan menghirup asap di surabaya. Di kesejukan kota malang itu, kami berputar-putar menanyakan kemana arah bromo, karena jujur saja diantara kami berlima sama sekali belum pernah ada yang ke bromo. Setelah mendapatkan informasi, di ketahui ternyata kami harus ke pasar tumpang dulu, untuk kemudian menyewa jip menuju bromo. Akhirnya perjalanan pun berlanjut ke pasar tumpang.

Pasar Tumpang 
Untuk menuju ke pasar tumpang kami menggunakan angkot dari stasiun malang. Memerlukan waktu 45 menit bagi angkot itu sampai ke tujuan. Sesampainya di pasar tumpang, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari makanan karena memang kami belum sarapan. Masing-masing kami bergerak mencari makan. Dion, kirik dan alfian sudah menemukan tempat untuk makan, sedang saya dan tebo akhirnya memberi roti ke indomaret saja sekalian membeli perbekalan untuk nanti ke bromo. Saat itu saya memang sedang malas makan nasi, sedangkan tebo memang dari kecil tidak suka atau tidak bisa makan nasi. 


Setelah perut kami kenyang dan terisi, kami bersama menjelajahi pasar tumpang untuk memperoleh jip. Tapi apa di nyana, lelah kami berputar,  jip yang kami cari tak jua kami dapatkan. Tapi kami terus berjalan mencari, sampai  kira-kira 300 meter dari pasar kami tiba di sebuah tempat yang penuh dengan sapi, sampai manusianya kalah banyak sama sapi itu sepertinya. Di sana kami sejenak melihat sapi-sapi itu, ternyata usut punya usut di tempat itu memang sedang ada pelelangan sapi , itulah sebabnya banyak sapi-sapi disana. Puas melihat sapi, kami kembali ke tujuan semula yaitu mencari jip. Setelah bertanya-tanya kesana-kemari, akhirnya kami mendapatkan informasi bahwa jeep yang kami inginkan bisa disewa di agen dekat alfamart di depan pasar. Alamak putar-putar mencari, ternyata yang di tuju ada di depan mata  tadi .

Tak menunggu lama, bergegas kami menuju agen yang di tuju. Bernegoisasilah kami kepada sang agen untuk menyewa jip. Setelah negoisasi ternyata menurut penuturan sang agen yang belakangan diketahui bernama herman, kalau ingin nyewa jip harus membawa 15 orang dengan harga jip satu kali berangkat Rp. 450.000,00, jadi kalau PP kocek yang harus kami keluarkan adalah Rp. 800.000, 00, tercenganglah kami tak mampu bicara. Bagi kami mahasiswa elit ini alias ekonomi sulit mana sanggup bayar Rp.800.000 , orang berangkat ke bromo aja ini mengais-ngais sisa-sisa tabungan. Akhirnya dengan terpaksa kami menolak penawaran agen tersebut, lagi pula kan harus 15 orang sedangkan kami hanya berlima.

Dengan hampir putus asa, kami akhirnya sejenak nongkrong depan indomaret tempat saya dan tebo memberi roti tadi. Disana kami berunding mencari jalan keluar bagaimana baiknya. Ide-ide gila keluar dari naik angkot smpe jalan kaki . Di tengah diskusi itu, tiba-tiba sebuah angkot putih datang mendekat, bak superhero datang di tengah kesusahan. Si supir angkot bertanya pada kami "mau kemana mas ?" ... "Ke bromo mas "dion yang menjawab. ayo mas ikut saya saja, tapi saya antar sampai pertigaan nya aja ... mobilnya gak kuat kalau sampai bromo. Kami berunding, dan akhirnya disepakati oke, kami nyarter angkot. Setelah disepakati ongkos yang harus kami bayar adalah Rp.300.000 untuk sekali jalan, sang supir dan keneknya pun mengembangkan layar angkot berangkat menuju bromo. (gak sampe ding,)

Journey to bromo
Perjalanan dari pasar tumpang menuju bromo ini di bagi dua fasa, yaitu fasa naik angkot dan fasa berjalan kaki. Fasa naik angkot ini perjalanan yang buat saya menegangkan, mengesankan dan menyenangkan. Menegangkan karena jalanan yang di lalui angkot ternyata cukup curam di kanan-kiri jurang, kalau supirnya tidak ahli sekali senggol habis sudah kami semua. Mengesankan karena di tengah perjalanan angkot kami tak kuat untuk menaiki tanjakan yang lumayan curam, jadilah kami semua mendorong angkot itu , kecuali alfian yang dengan tenang tertidur di kursi depan dekat sopir. Menyenangkan karena sepanjang perjalanan kami menyaksikan kebesaran allah, pohon-pohon yang hijau, udara yang segar , burung-burung yang terbang sangat indah sekali. Tapi semua perasaan itu bersatu menjadi Luar biasa.

Selanjutnya Fase berjalan kaki, Ini fase yang paling mengesankan buat saya. Ceritanya setelah angkot kami sampai di pertigaan yang di tuju. Sang supir menurunkan kami dan berkata, "ini namanya pertigaan ngadas mas, kalau mas ke kanan itu ke ranupani pos pendakian gunung semeru, kalau yang ke kiri ini ke bromo tinggal lurus saja deket kok" sang supir berbicara dengan pedenya. Kami pun percaya dan berterima kasih kepada sang supir.

Sebelum perjalanan di lanjutkan , kami menyempatkan diri untuk shalat dzuhur karena memang sudah masuk waktu dzuhur ketika itu sekitar jam 12 siang. Setelah shalat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Oh iya sedikit cerita, kami melanjutkan perjalanan dengan menenteng-nenteng botol berisi air seni kami, karena kami saking polosnya ketika itu berfikir bahwa jangan pernah buang air sembarangan di gunung, jadilah kami menggunakan botol aqua 1,5 liter sebagai toilet berjalan.

Perjalanan selanjutnya kami di sajikan kemegahan tuhan yang luar biasa. Di kanan-kiri kami diapit bukit-bukit yang hijau,  kalau mau dibaratkan bukit-bukit itu seperti bukit-bukit di film teletubbies cantik sekali. Di jalan yang kami tapaki, terhampar savana luas dengan sedikit pasir. Angin semilir pun sering bertiup menyapa mesra kami. Meskipun saat itu sedang siang hari,  matahari sedang tinggi-tinggi nya, kami sama sekali tidak merasakan panas.

Lama kami berjalan di padang savana itu, sambil sesekali kami beristirahat dan berfoto ria mengabadikan keindahana alam. Namun gunung bromo tak nampak-nampak, padahal sudah hampir tiga jam kami berjalan. Sang gunung masih saja malu menampakan dirinya pada kami. Di saat seperti itu kami menghayal yang aneh-aneh. Mulai teman kami yang sudah ada di bromo lah, ada presiden yang bakal nyambut kita lah smpe alfamart ada di gunung bromo, wes gak karu-karuan ditambah perut kami sudah mulai keroncongan juga.

Di tengah suara jeritan perut kami yang meminta makanan, di kejauhan tampak rombongan jamaah islamiyah, mereka semua memakai gamis, berjengot panjang dan sepertinya membawa makanan . Kami akhirnya memutuskan mendekati mereka dengan alasan untuk shalat ashar berjamaan, padahal mah niatnya biar di tawari makan :p . Dengan sedikit-dikit berbahasa arab, kami pun shalat berjamaah dengan mereka dan niat kami untuk mendapatkan makanan juga terkabul.

Ketika kami sedang asik makan dengan para jamaah itu, kami disajikan oleh kebesaran tuhan yang lainnya yaitu pelangi. Pelangi ini lain dari biasanya, kalau biasanya kita melihat pelangi di langit, kalau pelangi yang ini ada di daratan. Subhanallah sangat indah sekali.

Waktu terus berjalan, kami telah menghabiskan makanan kami, para jamaah pun sudah ingin kembali ke malang. Setelah berpamitan, kami dan mereka melanjutkan perjalanan masing-masing. Sebelumnya kami telah di bekali oleh mereka sebuah sleepingbed katanya untuk melindungi jika hujan nanti. Karena memang nampaknya langit semakin mendung ketika itu. Kami pun kembali berjalan, perjalanan selanjutnya diisi dengan langit yang semakin kelabu, jalan yang berkabut dan petir yang menyambar. Walau sempat ada perasaan ragu, tapi akhirnya bismillah perjalanan tetap kami lanjutkan. Di tengah perjalanan  hujan pun turun, seperti yang di perkirakan. Segera kami membentangkan sleeping bed yang telah diberikan jamaah tadi, di atas kepala kami . Jadilah kami berjalan seperti barongsai.

Kami terus berjalan walaupun jalan di depan tidak terlihat karena tertutup kabut. Hati kami sebenarnya agak gamang karena tak tahu dimana letak sebenarnya gunung bromo berada, dari tadi kami berjalan kok tidak sampai-sampai. Hingga sampailah kami pada satu titik dimana kami beristirahat, saat itu hujan sudah berhenti. Di titik itu terdapat gunung di depan kami, saat itu saya melihatnya seperti gunung di dalam lukisan, seperti gunung kartun jadilah saya menyebutnya gunung kartun.  Saat sedang beristirahat itulah kami bertemu dengan bapak-bapak pengendara kuda, akhirnya kami bertanya pada bapak tersebut "pak arah g. bromo  kemana ya ?" bapaknya dengan santai menjawab " itu gunung bromonya" sambil menunjuk. Ketika kami melihat ke arah yang di tunjuk sang bapak, ternyata gunung yang saya sebut gunung kartun tadi, gunung bromonya, merasa konyol kami pun tertawa bersama. Alhamdulillah ternyata kami telah sampai.

Setelah kejadian tadi, kami tidak langsung menuju g. bromonya karena hari sudah maghrib. Kami memutuskan untuk menyewa villa dahulu seharga Rp.150.000 untuk bermalam baru besok pagi jam 3 pagi kami muncak ke gunung bromo.

Villa yang kami tempati ternyata luas dengan 2 lantai, 2 kamar mandi dan 3 kamar plus Tv lagi untuk menonton piala dunia karena kebetulan saat itu sedang berlangsung piala dunia, kami juga tak mau ketinggalan untuk hal itu. Villa ini juga letaknya di perkampungan tak jauh dari gunung bromo hanya kira-kira 2 km. Di villa ini kami sempat mengalami fenomena "mistis", ceritanya saat kami sedang asik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara nyinden dengan bahasa jawa yang tidak kami mengerti. Kami terdiam sesaat, setelah otak kami mulai bisa berfikir akhirnya kami menyimpulkan bahwa orang di rumah sebelah sedang membaca kitab wedanya, karena memang masyrakat sekitar bromo dan semeru ini mayoritas bergama hindu. Masyarakat ini bernama suku tengger.  Selesai fenomena "mistis" tadi kami memutuskan untuk beristirahat agar besok pagi bisa terbangun.
Diantara keindahan

Lembah dinosaurus


Pertigaan ngadas

Perjalanan Sunyi

Terus melangkah

Anugerah di tengah kesusahan
Di dalam kamar di villa


Puncak Bromo
Tepat pukul tiga pagi kami berangkat menuju puncak bromo. Saat itu keadaan masih gelap hanya bintang gemintang yang bertaburan di langit berbaik hati menyinari kami ditambah cahaya senter Hp. Kami berjalan di pasir bromo dengan sedikit gemetaran karena udara cukup dingin bagi kami walau sudah memakai jaket lengkap tetapi ternyata tidak begitu berpengaruh.

Kami terus berjalan di pasir-pasir bromo yang halus dan berbisik, sesekali tebo merasakan kram di jemarinya karena udara dingin, terpaksa kami beristirahat sebentar kalau sudah begitu. Setelah satu s jam berjalan kami menemui tangga, ternyata tangga ini yang akan mengantarkan kami menuju puncak bromo. Setengah jam kami menapaki tangga itu, akhirnya kami sampai di puncak bromo, tepat waktu shubuh. Saya pun mengumandangkan adzan, lalu bertayamun kemudian shalat berjamaah di puncak bromo. Menanti matahari pagi bersinar lembut di ufuk timur.

Sunrise di puncak bromo

Lautan awan, di atas kayangan
Kebebasan matahari terbit 
Menantang Matahari
Kebesaran Tuhan

Tangga menuju puncak
Mengisi perut dulu sebelum turun
 Pasir berbisik
"Tidak ada yang pernah pergi dari hati tidak ada yang pernah hiang dari sebuah kenangan, tetaplah menapaki jalan yang lurus kawan"

hujan yang turun

Kamis, 05 Juni 2014
Posted by Unknown
langit sudah menjadi kelabu
namun hujan tak juga mau turun
jika hujan telah turun kan kubasuh dengan air
supaya tak ada yang tahu hujan telah turun

hujan terjatuh karena kehilangan awan yang menjaganya
ikhlas pada matahari yang membunuhnya
mengembalikanya lagi pada ketiadaan

Siapa aku

Minggu, 27 April 2014
Posted by Unknown
Aku adalah sepi
yang terlahir dari terbuangnya sunyi
tersayat waktu yang berbaik hati
menggilas keramaian lawas

menderu, menggeram ,meraung
teriakan yang tak pernah terdengar
tangisan yang tak bersuara
air mata yang kering

aku adalah simfoni
yang terhina dari nada-nada yang sumbang
tak tergubris diam
tak bernyanyi

aku adalah sepi
aku adalah simfoni
aku adalah apapun

surat untuk cinta

Jumat, 28 Februari 2014
Posted by Unknown
pagi kembali menyapa
satu malam yang sepi tanpa dirimu
telah terlewati lagi

entah sudah berapa kali
hati ku harus berdamai
dengan rindu yang semakin
hari semakin membuncah

kadang kala aku tak bisa tertidur
memikirkan apakah engkau baik-baik saja disana??
kalau sudah begitu aku kembalikan pada tuhan ku
agar bisa terlelap , seraya berdoa tuhan jagalah dia
peluklah dia...

kadang pula pikiran-pikiran aneh
dan prasangka-prasangka buruk
datang mencoba meracuni hati
tapi selalu kutekankan pada diriku
aku percaya padamu, lalu pikiran-pikiran dan prasangka-prasangka itu
hilang begitu saja seperti kabut yang tersapu matahari
berganti prasangka baik

ya apa lah gunanya aku cinta
apalah gunanya aku sayang
kalau aku tidak percaya padamu
karena kerpercayaan adalah fondasi dari cinta
tanpa nya ibarat meja 4 kaki kehilangan ketiga kakinya
robohlah dia ...

aku sudahi surat ini sampai disini
nanti aku sambung lagi
aku hanya ingin bercerita padamu
menyampaikan apa yang ingin di sampaikan :)

Hujan

Minggu, 02 Februari 2014
Posted by Unknown
Hujann... 
satu-persatu aku hitung rintik tetes mu 
tapi akalku tak pernah sanggup menghitungnya 
begitu juga malam ini 

termenung... 
menunggu...