Archive for November 2015
SAYA TIDAK TAKUT NERAKA
"Tuhan merindukan dirinya yang ada pada dirimu, datanglah dengan kepolosan padanya"
Judul esai ini tentu membuat anda bertanya-tanya
bahkan tak menutup kemungkinan sebagian para pembaca bakal
mengernyitkan dahi atau sekedar berkomentar "gila" ini
orang. Maka dari itu sebelum anda berfikir macam macam pada saya,
mari saya jelaskan. welcome to wundderkammer.
Surga dan neraka adalah konsep yang di berikan
tuhan kepada manusia untuk menjalani kehidupan. Mereka yang berbuat
baik maka akan di beri surga dan mereka yang melakukan keburukan akan
mendapatkan neraka. Konsep yang sama berlaku pada pahala dan dosa.
Tetapi saya mempunyai sudut pandang lain tentang
hal ini, kalau semua konsep tadi hanyalah sebuah ujian atau cara
tuhan untuk menggoda manusia, apakah manusia tetap fokus pada
diri-NYA ? atau malah berpaling memikirkan surga, neraka atau pahala
dan dosa.
Bagi umat muslim tentu sangat familliar dengan
ayat inashalati wanusuki wamayahya wamamati lilahirabbil alamin.
Ayat yang selalu di dengungkan
oleh kaum muslimin dalam doa iftihtah saat shalat. Ayat yang
mempunyai arti sesungguhnya shalat ku, hidup dan matiku hanya untuk
allah tuhan seru sekalian alam. Kosekuensi dari ayat tadi sangatlah
besar jika kita bisa menghayati dan memakanainya. Bahwa apa yang kita
lakukan semua hanya untuk allah semata tidak
untuk yang lain. Atau kita mengucapkan nya hanya dengan kehampaan ?,
tanpa mampu memaknainya.
Sering
kita dalam pengucapan berkata bahwa kebaikan yang kita lakukan itu
lillahitaala, namun seringkali dalam hati masih kita berharap
mendapatkan surga. Kalau seperti itu bukan lilahitaala lagi namanaya
tapi jannahtitaala. Lillahitaala itu titik tanpa ada tapi, termasuk
tapi masuk surga atau tapi mendapat pahalai. Lilahitaala itu tanpa
harapan, tanpa pretensi , titik hanya karena allah, hanya berharap
ridhonya.
Dalam hal ini surga
menjadi ujian bagi kita sama seperti halnya neraka. Surga mengalihkan
fokus kita pada allah dan neraka memeluk ketakutan kita bukan pada
allah.
Untuk tulus itu memang
tak mudah. Ketika apa yang kita lakukan benar-benra hanya untuk
allah. Bahkan jika mau lebih “ekstrim” lagi, ketulusan tertinggi
ketika kita tidak apa-apa masuk ke dalam neraka asal allah ridho dan
memang kehendaknya. Itu malah lebih susah lagi, siapa yang mau
dibakar dalam neraka, saat sudah melakukan kebaikan begitu banyak ?.
Maka dari itu demi
belajar menjadi tulus dan ikhlas, lilahitaala. Saya bilang, saya tak
takut neraka karena yang saya takutkan allah, saya menginnginkan
surga tapi bukan itu yang menjadi fokus saya tapi allahnya. Artinya
saya itu tidak masuk surga tidak apa apa asal allah ridho, asal itu
kehendaknya allah.
CURUG DI BALIK KAWAH CANDRADIMUKA KOPASSUS (CURUG LAYUNG)
"Langkahkan kaki jangan pernah berdiam diri"
Sabtu pagi-pagi sekali saya sudah rapi dan bersiap untuk melakukan perjalanan. Bukan perjalananan yang jauh memang, tempat yang saya tuju hanya berjarak 21 km dari wisma saya di observatorium Bosscha. Jika menggunakan kendaraan pribadi 30-45 menit sudah sampai di tempat tujuan. Tetapi menggunakan kendaraan umumpun mudah dan tak begitu lama, cukup menaiki angkot jurusan lembang-parompong lalu lanjut parompong-cisarua-cimahi, turun di gapura dengan tulisan KOMANDO dan terakhir gunakan ojek untuk sampai tempat tujuan, cukup murah kok ojeknya hanya Rp. 10.000, 00 .
Situ Lembang itulah destinasi yang akan saya kunjungi. Situ lembang adalah sebuah danau buatan yang terletak di desa kertawangi, kecamatan cisarua , kabupaten bandung utara. Situ lembang dikelilingi oleh 3 gunung, gunung burangrang, gunung sunda dan gunung takuban perahu. Sumber air dari situ lembang pun berasal dari gunung burangrang ini yang kemudian mengalir ke sungai cimahi dan dipakai oleh PDAM bandung.
Situ yang mempunyai ketinggian 1567 mdpl ini konon adalah kawah candradimuka alias tempat latihan para prajurit kopassus. Untuk itu sebenarnya tidak sembarang orang bisa memasuki kawasan ini. Hanya karena naluri petualangan saya sudah memanggil, saya nekat saja berangkat kesana tanpa tahu nanti diizinkan atau tidak.
Pukul delapan tepat saya berangkat dari wisma saya menuju situ lembang. Ternyata tak sampai 50 menit saya sudah sampai di tempat yang saya tuju. Danau dan beberapa bangunan yang sepertinya barrak tentara sudah terlihat di depan saya. Selagi saya menikmati dan menghirup udara segar situ lembang, saya dihampiri oleh seorang tentara yang tgap, kekar dan sedikit hitam. Beliapun bertanya apa yang sedang saya lakukan, saya menjawab sedang jalan-jalan aja pak dan dengan sedikit keras yang sepertinya udah bawaanya tentara kalau berbicara dengan sedikit tegas beliaupun berkata disini kawasan terbatas mas, silahkan masnya turun dan ke curug saja . Saya tidak kaget mendengar jawaban yang seperti itu , akhirnya dengan sedikit basa basi dan mengucapkan selamat tinggal, saya kembali kebawah bersama bapak ojek yang membawa saya ke situ lembang.
Sedikit informasi menurut penuturan bapak ojek, sebenarnya dahulu situ lembang terbuka untuk umum, masyarakat bebas keluar masuk bahkan memancing dengan catatan sedang tidak ada latihan di situ lembang. Namun sekitar 6 tahun yang lalu pada 2009 atas perintah presiden republik indonesia saat itu bapak SBY, kawasan situ lembang di sterilkan. Para mahasiswa ataupun masyarakat umum boleh masuk dengan catatan sudah mendapatkan izin dari pusdikpassus batujajar itupun harus rombongan dan sedang melakukan kegiatan, kalau perorangan tidak diperbolehkan.
Kembali ke cerita saya, akhirnya saya turun kembali sampai di sebuah tempat dengan plang bertuliskan curug layung. Tempat ini tidak jauh dari pos jaga, hanya sekitar 100 meter. Yah daripada saya datang dengan tangan hampa lebih baik saya jalan ke curug layung saja, begitu pikir saya saat itu.
Untuk mencapai curug layung ternyata saya harus berjalan mengikuti jalan setapak di dekat sebuah warung disana. Jalan yang di lalui cukup menguras tenaga bagi yang belum terbiasa mendaki gunung. Beberapa kali tanjakan dan turunan menghadang plus jalanan yang berdebu merah. Karena sepertinya belum turun hujan sama sekali di daerah tersebut, jalanan jadi mudah untuk berdebu. Di sepanjang jalan menuju curug saya disuguhi pemandangan hutan pinus dan karet dikanan dan kiri saya. Bau pinus yang segar dan bau karet yang pahit bercampur harmoni di dalam hidung saya, mengeluarkan racun dirongga paru-paru.
Di kawasan curug layung ini kita bisa berkemah, ini terbukti dari beberapa tenda yang saya jumpai di sepanjang perjalanan. Selain itu saya bertemu dengan para tentara yang sedang berlatih lengkap bersama tenda mereka. Terlihat juga beberapa organisasi bela diri sedang berlatih.
Setelah kurang lebih satu jam saya berjalan, sampailah saya di curug layung. Pemandangan indah terhampar di curug yang mempunyai ketinggian 1400 mdpl ini. Air mengalir deras dari ketinggian, dibawahnya terdapat kolam yang nampaknya cukup dalam karena berwarna hijau pekat. Terlihat beberapa wisatawan sedang mengikat tali temali di batu dan pepohonan, sepertinya mereka akan melakukan out bond. Saya sendiri tidak menunggu lama langsung mengambil beberapa foto dan sedikit bermain air.
Setelah puas mengabadikan momen dan bermain air, saya sempatkan diri untuk singgah di sebuah warung yang tak jauh dari curug tersebut, sekedar untuk membeli air karena saya sudah haus sekali. Saya sempatkan juga untuk berbicara dengan pemilik warung tersebut. Ternyata menurut beliau curug layung ini dahulu juga termasuk kawasan terbatas, karena untuk tempat latihan prajurit kopassus tetapi sejak tahun 2012 oleh pemerintah kawasan ini dibuka untuk umum.
Selesai saya berbicara dan menghabiskan minuman saya pun bergegas untuk kembali pulang waktu menunjukan pukul sebelas tepat saat itu. Dan saya sampai kembali di wisma sekitar pukul 3 sore.
Perjalanan ini bagi saya cukup menyenangkan walaupun niat awalnya adalah menapak tilas perjalanan masa lalu sesorang yang spesial buat saya. Tapi cukup puas lah untuk saya, walalupun gak puas puas amat karena kurang seorang bidadari yang lagi sibuk sama TA nya, semangaat sayaaang, salam dari curug layungg :* :D.
Gerbang Penjaga |
Plang Tempat |
Di dalam Tenda Tentara |
Tenda Tentara tampak luar |
Pohon Karet |
Getah Karet |
Jalan Setapak |
Air Yang Mengalir |
Di suatu tempat |
Curug Layung |
Kolam Layung |
Harmoni Alam |
Jaln Yang Berdebu |
Kumpulan Pinus |