Unknown
On Sabtu, 21 November 2015
"Tuhan merindukan dirinya yang ada pada dirimu, datanglah dengan kepolosan padanya"
Judul esai ini tentu membuat anda bertanya-tanya
bahkan tak menutup kemungkinan sebagian para pembaca bakal
mengernyitkan dahi atau sekedar berkomentar "gila" ini
orang. Maka dari itu sebelum anda berfikir macam macam pada saya,
mari saya jelaskan. welcome to wundderkammer.
Surga dan neraka adalah konsep yang di berikan
tuhan kepada manusia untuk menjalani kehidupan. Mereka yang berbuat
baik maka akan di beri surga dan mereka yang melakukan keburukan akan
mendapatkan neraka. Konsep yang sama berlaku pada pahala dan dosa.
Tetapi saya mempunyai sudut pandang lain tentang
hal ini, kalau semua konsep tadi hanyalah sebuah ujian atau cara
tuhan untuk menggoda manusia, apakah manusia tetap fokus pada
diri-NYA ? atau malah berpaling memikirkan surga, neraka atau pahala
dan dosa.
Bagi umat muslim tentu sangat familliar dengan
ayat inashalati wanusuki wamayahya wamamati lilahirabbil alamin.
Ayat yang selalu di dengungkan
oleh kaum muslimin dalam doa iftihtah saat shalat. Ayat yang
mempunyai arti sesungguhnya shalat ku, hidup dan matiku hanya untuk
allah tuhan seru sekalian alam. Kosekuensi dari ayat tadi sangatlah
besar jika kita bisa menghayati dan memakanainya. Bahwa apa yang kita
lakukan semua hanya untuk allah semata tidak
untuk yang lain. Atau kita mengucapkan nya hanya dengan kehampaan ?,
tanpa mampu memaknainya.
Sering
kita dalam pengucapan berkata bahwa kebaikan yang kita lakukan itu
lillahitaala, namun seringkali dalam hati masih kita berharap
mendapatkan surga. Kalau seperti itu bukan lilahitaala lagi namanaya
tapi jannahtitaala. Lillahitaala itu titik tanpa ada tapi, termasuk
tapi masuk surga atau tapi mendapat pahalai. Lilahitaala itu tanpa
harapan, tanpa pretensi , titik hanya karena allah, hanya berharap
ridhonya.
Dalam hal ini surga
menjadi ujian bagi kita sama seperti halnya neraka. Surga mengalihkan
fokus kita pada allah dan neraka memeluk ketakutan kita bukan pada
allah.
Untuk tulus itu memang
tak mudah. Ketika apa yang kita lakukan benar-benra hanya untuk
allah. Bahkan jika mau lebih “ekstrim” lagi, ketulusan tertinggi
ketika kita tidak apa-apa masuk ke dalam neraka asal allah ridho dan
memang kehendaknya. Itu malah lebih susah lagi, siapa yang mau
dibakar dalam neraka, saat sudah melakukan kebaikan begitu banyak ?.
Maka dari itu demi
belajar menjadi tulus dan ikhlas, lilahitaala. Saya bilang, saya tak
takut neraka karena yang saya takutkan allah, saya menginnginkan
surga tapi bukan itu yang menjadi fokus saya tapi allahnya. Artinya
saya itu tidak masuk surga tidak apa apa asal allah ridho, asal itu
kehendaknya allah.
Posting Komentar